Bulan penuh berkah telah berada di sekeliling kita, masjid dan
musholla yang biasanya hanya disinggahi beberapa orang, di bulan ini mereka
dipenuhi banyak orang. Setiap pagi, siang, sore, dan malam pun selalu terdengar
lantunan ayat suci al-Qur’an, tidak seperti bulan-bulan biasanya yang hanya
terdengar pada hari-hari tertentu saja.
Ramadhan, bulan yang hanya sekali dalam setahun ini selalu
dinanti-nantikan banyak orang. Lalu, sebenarnya apa yang mereka nanti-nantikan?
Ibadah yang akan dilipatgandakan? Cepet hari raya dan punya baju baru? Sekolah
yang hanya sebentar? Waktu tidur yang banyak? Permainan mercon? Atau munculnya
aneka macam makanan? Semoga, kita semua bisa menata niat kita dengan baik
sehingga kita bisa merindukan Ramadhan, rindu pada keberkahan dan kemuliaan
Ramadhan, serta bisa beramal dengan penuh keikhlasan. Karena Rasulullah
bersabda dalam hadits, “Barang siapa yang merasa gembira dengan datangnya
bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya disentuh api neraka.”
Ada banyak keutamaan-keutamaan di bulan yang penuh keutamaan ini,
semua ibadah dilipatgandakan, ibadah sunnah dinilai ibadah wajib, adanya malam lailatul
qadar yang mana malam yang lebih baik dari seribu bulan, syaiton-syaiton
dibelenggu, pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup, nafas
terhitung dzikir, bahkan tidurpun bernilai ibadah.
Lantas, apa yang membuat
kita tetap melakukan maksiat sesudah tahu betapa hebatnya beramal di bulan
puasa ini? Kita, dengan semangatnya menggunjing tetangga, teman di manapun dan
dengan siapapun kita berada. Kita, dengan santainya mengeluarkan kata-kata
kotor. Mereka, dengan senangnya korupsi. Kita, dengan mudahnya membiarkan diri
marah-marah, entah kepada adik, teman, ataupun orang tua. Naa’udzubillah. Bukankah
seharusnya kita membuang sejauh-jauhnya perbuatan tesebut? Bukankah seharusnya
kita sadar bahwa kita sedang puasa? Atau mungkin kita melupakan hadits
Rasulullah ini? “Bukanlah puasa itu
sekedar menahan dari makan dan minum”. [Shahih, HR Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim]. Lalu apakah kita mau hanya mendapatkan
lapar di bulan Ramadhan ini?
Sejenak mari kita intip penuturan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, beliau
menerangkan bahwasannya seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya
berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata
keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya
berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu
yang mencacat puasanya. Bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang
merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan
manfaat. Demikian pula amalannya, amalannya bagai bau harum yang dicium oleh
seorang yang berteman dengan pembawa minyak wangi misk, semacam itu pula orang
yang berteman dengan orang yang berpuasa, ia mendapatkan manfaat dengan
bermajlis (duduk) bersamanya, aman dari kepalsuan, kedustaan, kejahatan dan
kezhalimannya. Inilah puasa yang disyariatkan, bukan sekedar menahan dari makan
dan minum.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwasannya puasa tidak cukup hanya menahan
diri dari apa yang membatalkan puasa, tapi juga harus menahan diri dari apa
yang membatalkan pahala puasa. Diterangkan dalam hadits, ada lima hal yang bisa
merusak pahala puasa, yaitu ucapan dusta, ghibah (menggunjing), namimah
(adu domba), sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat. Dan ketika
perbuatan-perbuatan tersebut masih juga eksis di bulan Ramadhan, maka jangan
salahkan kutipan yang berbunyi, “Di bulan puasa banyak orang yang lapar tapi
sedikit sekali orang yang berpuasa”.
Karena itu, marilah kita berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan
tersebut, agar pahala puasa tidak
berkurang atau batal. Semoga puasa kita menjadi berkah dan selalu mendapat
ridho Allah SWT.
Nice post. Ini sangat bermanfaat sekali.
BalasHapusBtw, sekadar tambahan tentang keutamaan puasa:
للصائم فرحتان فرحة عند الفطر و فرحة عند لقاء ربه في الجنة
Orang yang berpuasa punya dua kebahagiaan (yang tak dipunyai oleh orang yang tak berpuasa), yaitu bahagia saat berbuka dan bahagia saat berjumpa Tuhannya di surga kelak.
:)
meski kita tidak tau apakah puasa kita diterima oleh allah atau tidak yang penting sudah berusaha mengamalkannya sesuai sunnah dan ikhlas ^^
BalasHapus