Besok adalah 22 Desember 2014, pasti
ingat kan ada apa di hari itu? Yep, Hari Ibu. Gue jadi ingat sebuah cerita
pendek yang dibawakan oleh mahasisiwi PGMI Purwokerto dalam acara FESTIVAL SENI
& BUDAYA PGMI in ART 2014 dengan tema “Penggalian Bakat dalam Mewujudkan
Eksistensi Seni & Budaya” yang diselenggerakan pada 1 Desember 2014 di
kampus gue, IAIN Tulungagung.
Dia bercerita dengan ekspresi
wajah yang penuh dengan penghayatan, sehingga membawa penonton terbawa
ceritanya. Pantas saja kalau ia pernah juara mendongeng
tingkat nasional.
Sayangnya gue tidak sempat untuk memotret dan merekam penampilannya. Kali
ini izinkan gue menuliskan kembali
ceritanya,. Yah, walaupun tidak sama persis, tapi intinya sama kok. Don’t
worry, simak baik-baik ya... Check it out!
Suatu hari di sebuah kelas
terdapat seorang guru yang sedang mengajar murid-muridnya. Saat itu mereka
mempelajari tentang mimpi atau yang biasa disebut dengan cita-cita. “Kalian
punya cita-cita kan? Coba ceritakan cita-cita kalian kepada teman-temanmu!”
Ujar sang guru.
Salah satu murid mengangkat
tangannya, “Aku ingin menjadi chef terkenal Bu, aku ingin seluruh dunia
tahu kalau masakanku sangat lezat”. Dengan senyum Bu guru mengacungkan
jempolnya, “Bagus”.
“Aku ingin jadi penyanyi Bu yang
selalu menghibur jutaan manusia”. Siswa lain angkat bicara, Bu guru tersenyum,
“Bagus”.
“Aku ingin menjadi dokter Bu,
kelak aku akan mengobati orang sakit”. Bu guru mengacungkan jempol seraya
berkata, “Belajar yang rajin agar bisa menggapai cita-citamu”.
“Kalau aku ingin menjadi guru
supaya aku bisa mencerdaskan anak bangsa Bu”. Lagi-lagi Guru tersenyum dan
mengacungkan jempolnya.
Lantas, sang Guru melihat salah
satu muridnya yang duduk di pojok, dia begitu sedih. “Mengapa kamu begitu
sedih?” Tanya sang Guru.
Dengan wajah yang memperlihatkan
kesedihan, anak itu menjawab, “Aku teringat Ibuku yang lagi sakit dan sendirian
di rumah Bu. Di rumah aku hanya tinggal dengan ibuku sedangkan ayahku pergi
entah ke mana”.
“Lalu apa cita-citamu?” Tanya
sang Guru.
Dengan tegas anak itu menjawab, “Aku
ingin menjadi Ibu, karena Ibu adalah chef yang setiap hari membuatku
makanan yang lezat. Ibu adalah penyanyi yang selalu menyanyikan lagu di kala
aku akan tidur. Ibu adalah dokter yang merawat aku ketika aku sakit, dan Ibu
adalah guru yang selalu mengajar dan mendidik aku agar aku berbudi luhur dan
bisa menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa”. Anak itu diam sebentar dan
melanjutkan, “Bagi aku, menjadi Ibu adalah cita-cita yang mulia Bu”. Semua
murid pun terdiam dan menyadari bahwa begitu mulianya menjadi Ibu.
Begitulah cerita dari mahasiswi
Purwokerto yang tidak gue ketahui namanya. Selesai bercerita, ia pun
menyanyikan lagunya Haddad Alwi yang berjudul Ibu. Lirik lagunya bisa dilihat
di sini.
Dengan tulisan ini, gue mengucapkan
Selamat Hari Ibu. Meskipun gue sadar kalo saat ini bukan tanggal yang tepat,
tapi terlalu semangat gak apa-aa kan ya??? Semoga kita semua menjadi anak yang
selalu berbakti kepada orang tua. Sekedar mengingatkan, jangan hanya berbakti
pada Ibu pada tanggal peringatan Hari Ibu saja. Berbaktilah setiap hari dan di
sepanjang hidupmu.
Coretanku ini berpartisipasi dalam rangka peringatan Hari Ibu, mana coretan lo???? J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar