Sebuah notifikasi facebook muncul member tahu
bahwa ada seseorang yang mengirimkan sesuatu di grup FB kampus tercinta, IAIN
Tulungagung. Lumayan terkejut ketika sesuatu itu adalah gambar yang
memperlihatkan foto penulis Ayat-Ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy.
Kucermati gambar tersebut, sempat ragu kalau Kang Abik akan datang di
Tulungagung ini. Tidak mau penasaran lebih lama, aku pun menghubungi Contact
Person acara tersebut. Ternyata benar, Kang Abik akan menyapa penggemarnya
di Aula IAIN Tulungagung. Aku pun langsung mendaftarkan diri untuk ikut acara
tersebut.
Talkshow Habiburrahman El Shirazy di kampus IAIN Tulungagung |
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, 28
September 2016. Acaranya dijadwal mulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. “Mungkin juga molor satu jam an”.
Itulah kata hatiku yang menyuruh ku untuk berangkat terlambat, karena tradisi jam
karet ini. Di sisi lain aku membatin, bahwa tidak mungkin seorang Kang Abik
tidak datang tepat waktu, mengingat novel beliau (Ayat-Ayat Cinta 2)
menghadirkan seorang Fahri yang selalu menghargai waktu walau hanya semenit. Karena biasanya,
apa yang seorang tulis tidak jauh dari kehidupannya. Namun sayang, penyakit
lamaku (tidak disiplin) lah yang menjadikan ku menyesal karena tertinggal
sekitar satu jam.
Tema dalam talkshow ini adalah Urgensi Dakwah melalui Televisi dan Film dan Sosialisasi
Lomba Film Pendek Islami antar Pesantren se-Indonesia oleh MUI Pusat. Namun, (mungkin karena terlambat)
hanya sedikit pelajaran mengenai hal tersebut yang saya tangkap. Hal ini mungkin terjadi karena tidak semua
peserta memiliki basic tentang per-film an. Yang pasti, peserta adalah
fans Kang Abik berikut karya-karyanya.
Aku memang hanya satu jam mengikuti acara
tersebut, namun ada banyak pelajaran dari Kang Abik yang bisa dipetik ketika beliau
menanggapi pertanyaan-pertanyaan beberapa peserta.
Pertama, untuk mewujudkan cita-citanya, manusia
diwajibkan berusaha alias tidak cukup jika hanya berdoa. Dalam hal ini beliau mengambil ayat tentang Musa dan
Firaun, di mana Allah menolong Musa dan kaumnya dengan meminta Musa melemparkan
tongkatnya, inilah usaha yang dimaksud. Jadi, selalu percaya bahwa pertolongan
Allah itu selalu ada. Tugas kita adalah ikhtiar dan berdoa.
Kedua, masalah kekreatifan.
Ciptakan dan sampaikan ide sebelum dipaksa mengonsumsi ide orang.
Di Indonesia ini banyak
kita jumpai makanan luar negeri seperti pizza, humberger, dan lain-lain
sebagainya. Ini berarti kita telah dipaksa untuk mengonsumsi orang-orang luar
negeri. Bukankah baiknya kita membalik keadaan tersebut? Dan alangkah kerennya
ketika ide cemerlang muncul dan bisa membawa pecel sampai ke luar negeri.
Ketiga, mengenai menulis. Seperti yang kita
ketahui, bahwa kualitas tulisan Kang Abik tidak diragukan kualitasnya, ini
menggugah peserta untuk kepo bagaimana sih kok bisa berkarya sedemikian
hebatnya. Beliau pun memberikan beberapa tips. Untuk mengetahui bagaimana
kualitas tulisan kita, hal pertama yang paling mudah dilakukan adalah meminta
teman membacanya. Di sinilah kita bisa meningkatkan kualitas tulisan lewat
komentar-komentar pembangun dari pembaca tersebut.
Ikut lomba menulis sangat dianjurkan oleh
beliau. Satu kalimat yang bisa digunakan untuk senjata ketika malas menulis,
“Jika anda ikut lomba menulis dan anda kalah, ketahuilah bahwa anda telah menang, karena telah menyelesaikan satu tulisan”.
Keempat, berkenaan dengan dakwah. Dakwah adalah
mengajak kepada jalan Allah. Yang perlu diingat adalah dakwah tidak harus
mengajak orang lain, namun juga mengajak diri sendiri seperti dalam firman
Allah, "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka . . ." Ini berarti kebaikan itu dimulai dari sendiri. Tidak akan mungkin orang
lain akan mengikuti ajakan kita ketika kita saja tidak melakukan apa yang kita
inginkan orang lain melakukannya.
Kelima, sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat untuk orang lain. Ada kisah menarik yang dipaparkan beliau. Kisah
pedagang sate ayam kampong, di mana beliau membuka warung nya mulai pagi hari.
Warungnya begitu laris, sayang beliau hanya buka sampai pukul 10.00 WIB. Hingga
ada sebuah pertanyaan, “Kenapa tidak diperpanjang waktu jualannya?” “Karena
saya harus bekerja sebagai tukang tambal ban”, jawabnya.
Kenapa malah memilih tambal ban- yang
katakanlah- untungnya tidak lebih dari ketika dagang sate? Alasanya adalah
karena dia ingin memberikan kesempatan orang lain untuk menjemput rejekinya,
setiap pedagang pasti berharap dagangannya laris. Alasan lain adalah karena
ingin menolong pengendara yang memperoleh hambatan dalam perjalanannya. Subhanallah.
Sekitar pukul 15.30 WIB, kang Abik mengakhiri materinya. Selanjutnya acara yang terakhir adalah foto bersama beliau. Ketika pembawa acara membacakan acara terakhir ini, peserta tampak kegirangan, senang bisa foto bersama tokoh idolanya.
"Silahkan foto bersama, bergantian! 40 an orang ya?" Ini lah yang membuat kecewa para peserta, terutama diri saya. Jadilah fotonya keroyokan macam ini :)
Foto bersama Kang Abik |
Tak apalah, setidaknya punya dokumentasi foto bersama novelis no 1 di Indonesia.
Duh, sepertinya seru ya mbak talkshow nya. belum punya kesempatan buat ketemu beliau yang menginspirasi sekali. jado agak sedikit tertampar perihal ikut lomba itu. sering banget males ikutan lomba menulis alasannya, klise sih, pasti gagal haha. semangat ah sekarang hehehe. salam kenal yaaaa. mampir ke blogku juga yuk ^^
BalasHapusIya mbak, mengingat di sini agak pelosok jadi kedatangan penulis sekeren kang Abik adalah hal yang tidak boleh dilewati, benar2 kesempatan emas hehe.
Hapus.
Terus semangat menulis mbak, selalu ingat bahwa kegagalan adalah pintu gerbang menuju kesuksesan :)