Smart phone, adalah sebuah benda yang dimanapun kita berada pasti
melihatnya bersama dengan pemiliknya. Dulu, orang yang mampu membeli dan
mengoperasikannya hanyalah orang-orang yang terogolong ekonominya di atas atau
orang-orang di kalangan bos. Sekarang, jangan tanya lagi. Semua manusia, dari
anak-anak yang belum paud sampai orang dewasa bisa mempunyai, membawa dan
mengoperasikannya.
Alat Komunikasi |
Jika ditanya, apa sih manfaatnya smart phone? Semua akan
menyebutkannya (kecuali anak yang belum PAUD) :) sesuai dengan manfaat apa yang mereka peroleh. Hal yang pasti
mereka ucapkan adalah untuk mempermudah berkomunikasi. Fungsi yang satu ini
memang akan selalu ada di manapun dan bagaimanapun bentuk ponselnya. Karena
memang tujuan inilah benda canggih itu diciptakan. Dan seiring perkembangan
zaman, hingga menjadi zaman NOW, benda kecil itu bisa melakukan apa saja untuk
memenuhi kebutuhan manusia, manusia di zaman NOW khususnya.
Benda itu bisa memberikan informasi dari belahan benua manapun
dengan cepat tentunya. Bisa menjadi toko untuk berjualan tanpa pemiliknya harus
membeli semen, pasir, kayu untuk membangunnya. Bisa menjadi perpustakaan dengan
beribu koleksi buku tanpa mengharuskan kutu buku membelinya jika akan
membacanya. Bisa menjadi televisi tanpa penontonnya menyediakan antena terlebih
dahulu. Bisa sebagai hiburan hati manusia zaman NOW yang lagi galau, dan masih
banyak lagi manfaat yang bisa didapat, tergantung bagaimana manusia mampu memanfaatkan
secara maksimal kecanggihannya.
Baca juga : Mudah Meminjam Buku dengan iPusnas
Meski dia mampu menebar manfaat kepada banyak manusia, namun dia
tetaplah benda buatan manusia yang tidak sempurna, yang juga bisa merugikan
yang lainnya.
“Kira-kira siapa manusia yang paling dirugikan oleh adanya HP ?” tanya Pak Dosen suatu hari. Entahlah pada saat itu membicarakan
tentang apa hingga muncul pertanyaan itu, aku lupa.
Pertanyaan itu membuat saya berpikir sejenak. Anak-anak lah yang
paling dirugikan, karena dengan bermain HP, waktu belajar mereka berkurang.
Seingat saya, teman-teman pun juga melontarkan jawaban itu, anak-anak lah yang
dirugikan. Belum lagi, kalau kontrol dari orang tuanya kurang, mereka menjadi
membuka hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lihat.
Namun Pak Dosen mengatakan “tidak” pada jawaban itu dengan gelengan
kepalanya. Beliaupun mengeluarkan kunci jawabannya, “Tukang Becak lah yang
sangat dirugikan atas munculnya HP”.
Kok bisa?
“Kalian bisa mengamati, mungkin ini juga terjadi pada diri kalian.
Saat kalian bepergian, katakanlah ke rumah saudara dengan naik bus. Apa yang
akan kalian lakukan saat kalian hendak sampai ke tempat tujuan? Pasti kalian
akan menghubungi saudara kalian, memberi kabar bahwa kalian hampir sampai,
sehingga saudara kalian bisa bersiap-siap untuk menjemput kalian”.
Benar sekali.
“Ketika tidak ada HP, kalian tidak akan bisa melakukan hal
tersebut. Yang bisa kalian lakukan adalah menunggu bus berhenti untuk kemudian
kalian turun dan mencari tukang becak untuk mengantarkan kalian sampai di rumah
saudara kalian. Kalau sekarang? Yang sering terjadi adalah para tukang becak
banyak yang ditolak tawarannya karena orang-orang yang turun dari bus itu sudah
dijemput oleh orang-orang yang telah dihubunginya. Peristiwa ini membuat mereka
tidak bisa atau sedikit mendapatkan pendapatan”.
Begitulah penjelasan dari dosen yang saat itu mengajar mata kuliah
Filsafat Ilmu. Jika mengamati penjelasan itu, mungkin saja kita berkomentar
“Rezeki sudah ada yang mengatur, dan tidak akan tertukar” (Komentarnya sama
kaya statusnya para penjual online untuk memotivasi dirinya ya, pengalaman
penulis heheheh). Hal itu benar, namun bertolak dari hal itu, ada nasihat lain
yang beliau sampaikan dari penjelasannya. Ini terjawab saat beliau mengakhiri
penjelasannya dengan kalimat “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membantu
mereka?”
Suasana Perkuliahan Pascasarjana |
Subhanallah, semoga nasihat ini selalu kami ingat sampai kapanpun,
Ustadz. Terima kasih atas nasihat yang telah disampaikan. Tukang becak yang
engkau contohkan itu adalah satu contoh dari banyak gambaran orang-orang yang
mengingatkan dan menyadarkan kami bahwa berbagi adalah hal yang diajarkan dalam
Islam. Salah satu ayat dalam Al Quran menyatakan “Berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar” (QS al-Hadiid 7).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar