A. Pengertian
Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat
digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar
atau mencapai kompetensi tertentu.[1]
Dapat juga diartikan segala sesuatu
yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat
digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar
ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat
dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber belajar yang
dapat merangsang siswa untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan
dibidang ilmu yang dipelajarinya.[2]
Adapun para ahli telah mengemukakan
pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai berikut:[3]
- Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan yang dapat memungkinkan terjadinya belajar.
- Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang.
- Menurut
Rohani sumber belajar (learning resources) adalah
segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. - Association Educational Communication and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar.
Sumber belajar
ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan disimpan dalam berbagai bentuk
media, yang dapat membantu siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.
Bentuknya tidak terbatas apakah dalam bentuk cetakan, video, format perangkat
lunak atau kombinasi dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa
ataupun guru.[4]
Dengan demikian, sumber
belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda,
dan orang yang mengandung informasi yang dapat digunakan sebagai wahana bagi
peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku.[5]
Dari
pengertian tersebut, sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:[6]
a. Tempat
atau lingkungan alam sekitar, yaitu di mana saja seseorang dapat melakukan
belajar atau proses perubahan tingkah laku, maka tempat itu dapat dikategorikan
sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan,
pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan
sebagainya.
b. Benda,
yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi
peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.
Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya.
c. Orang,
yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat
belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber
belajar. Misalnya guru, ahli geologi, polisi, dan ahli-ahli lainnya.
d. Buku,
yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik
dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks,
kamus, ensiklopedi, fiksi, dan lain sebagainya.
e. Peristiwa
dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana,
dan peristiwa lainnya yang mana guru dapat menjadikan peristiwa atau fakta
sebagai sumber belajar.
Sumber belajar akan
menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar
diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat
memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan
sekitar (benda, orang, atau buku) hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku
yang tidak berarti apa-apa.[7]
B.
Macam-Macam Sumber
Belajar
1. Menurut Sifat Dasarnya:
a. Manusia (Human)
Manusia sebagai sumber belajar dibedakan menjadi: yang
secara khusus dipersiapkan menjadi sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan yaitu para guru atau guru bantu dan ada juga mereka yang tidak
dipersiapkan menjadi sumber belajar tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank,
pengusaha, artis, ulama' para pekerja dan sebagainya.
b. Non Manusia (Non-Human)
Yang termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan,
teknik, lingkungan, benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot,
serta kegiatan.
2. Menurut Segi Pengembangannya
a. Direncanakan
Adalah sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai
tujuan pengajaran contoh: peta, globe, peta timbul dan sebagainya.
b. Tidak direncanakan
Adalah sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus
untuk mencapai tujuan pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar
lingkungan sekolah seperti: museum, masjid, pasar, taman,dan lain-lain.
3. Berdasarkan Pendekatan Teknologi
Instruksional
a. Pesan
Adalah informasi/ ajaran yang disampaikan oleh komponen
sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta dan lain-lain.
b. Orang
Adalah yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan
penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa dan lain-lain
c. Bahan
Adalah perangkat lunak yang dapat dijadikan penyampai pesan
yang dapat disajikan kepada siswa melalui penggunaan alat ataupun oleh diri
sendiri, contoh: film stripe, radio cassette, buku, dan lain-lain
d. Alat
Adalah perangkat keras yang dipergunakan untuk menyampaikan
yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP, pesawat radio, pesawat televise,
LCD, dan lain-lain.
e. Teknik
Adalah prosedur atau panduan serta acuan yang dipersiapkan
untuk penggunaan bahan, peralatan, orang serta lingkungan untuk penyampaian
pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif, keterampilan proses, dan lain-lain.
f.
Lingkungan
Adalah segala sesuatu yang berada disekitar siswa atau
sekolah baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah
perpustakaan, penerangan, suasana belajar, dan lain-lain.[8]
Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang
melliputi pesan, orang, dan peralatan. Menurut syaifulbahri djamarah dan aswan
zain,media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau informasi pesan.
Media yang digunakan dalam pembelajaran beraneka ragam. Seseorang guru harus
dapat memilih salah satu media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi
dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.[9]
Menurut
(Djamarah, 2002:140) menggolongkan media pembelajaran menjadi tiga yaitu:
- Media auditif yaitu media yang mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, kaset rekorder.
- Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan karena hanya menampilkan gambar diam seperti film bingkai, foto, gambar, atau lukisan.
- Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik.[10]
Selanjutnya (Sadiman, 2008:28) membagi media pembelajaran
menjadi 3 golongan kelompok besar :
- Media Grafis termasuk media visual seperti gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta, dan globe.
- Media Audio berkaitan dengan indera pendengaran. Seperti radio, alat perekam piata magnetik, piringan laboratorium bahasa.
- Media Proyeksi Diam seperti film bingkai (slide), film rangkai (film strip), media transparan, film, televisi, video.[11]
Berdasarkankan pendapat di atas, maka media pembelajaran
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Media Audio
Media
Audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran.
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan
verbal (bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan
vokalisasi).
2. Media Visual
Media
visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual
menampilan materialnya dengan menggunakan alat proyeksi atau proyektor, karena
melalui media ini perangkat lunak (soft ware) yang melengkapi alat proyeksi ini
akan dihasilkan suatu bias cahaya atau gambar yang sesuai dengan materi yang
diinginkan.
3. Media Audio-Visual
Media
audio-visual disebaut juga sebagai media video. Video merupakan media yang
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam media video terdapat dua
unsur yang saling bersatu yaitu audio dan visual. Adanya unsur audio
memungkinkan siswa untuk dapat menerima pesan pembelajaran melalui pendengaran,
sedangkan unsur visual memungkinkan penciptakan pesan belajar melalui bentuk
visualisasi.[12]
C.
Manfaatan
Sumber Belajar
1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik.
2. Dapat
menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan,
dikunjungi atau dilihat secara langsung dan konkret.
3. Dapat
menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.
4. Dapat
memberi informasi yang akurat dan terbaru.
5. Dapat
membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional)
baik dalam lingkup mikro maupun makro.
6. Dapat
memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan
pemanfaatannya secara tepat.
7. Dapat
merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.
D. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Definisi
pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah
suatu lingkungan belajar di mana masalah mengendalikan proses belajar mengajar.
Hal ini berarti sebelum pelajar belajar, mereka diberikan umpan
berupa masalah. Masalah diajukan agar pelajar mengetahui bahawa mereka harus
mempelajari beberapa pengetahuan baru sebelum mereka memecahkan masalah
tersebut.[14]
Adapun definisi
pendekatan pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli yaitu:[15]
1.
Menurut Suyatno, pendekatan
pembelajaran berbasis masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran dimulai berdasarkan masalah dalam
kehidupan nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman telah mereka miliki sebelumnya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
2.
Menurut Nurhadi, pendekatan pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pembelajaran yang
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Dalam
hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
3.
Menurut Arends, pendekatan
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Dari pendapat-pendapat para ahli diambil
kesimpulan pendekatan pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik
tolak pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar
adalah masalah yang memenuhi konteks dunia nyata, yang akrab dengan kehidupan
sehari-hari para siswa. Melalui masalah-masalah kontekstual ini para siswa
menemukan kembali pengetahuan konsep-konsep dan ide-ide yang esensial dari
materi pelajaran dan membangunnya ke dalam stuktur kognitif.
Ada lima bentuk
pendekatan pembelajaran berbasis masalah, yakni:[16]
1. Permasalahan sebagai pemandu: Masalah menjadi
acuan konkrit yang harus menjadi perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan
dengan masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam mengerjakan
tugas.
2. Permasalahan sebagai kesatuan & alat evaluasi: Masalah disajikan setelah tugas2 & penjelasan diberikan. Tujuannya
memberikan kesempatan bagi pemelajar untuk menerpakan pengetahuannya untuk
memecahkan masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh: Masalah dijadikan contoh & bagian dari bahan belajar. Masalah
digunakan untuk menggambarkan teori, konsep atau prinsip & dibahas antara
pemelajar & guru.
4. Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar: Masalah dijadikan alat untuk melatih pelajar bernalar & berpikir
kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus belajar: Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan ketrampilan
mengumpulkan & menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan
ketrampilan metakognitif.
a.
Permasalahan menjadi strating point dalam
belajar.
b.
Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang
ada di dunia nyata yang tidak terstruktur.
c.
Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple
perspective).
d.
Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan
belajar dan bidang baru dalam belajar.
e.
Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f.
Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam.
g.
Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan
kooperatif.
h.
Pengembangan keterampilan inquiry dan
pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk
mencari solusi dari sebuah permasalahan.
i.
Pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi
dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Dari karakteristik tersebut, maka
terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pendekatan pembelajaran
berbasis masalah.
Adapun kelebihan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut:[18]
1.
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan
kreatif dan mandiri.
2.
Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan
masalah.
3.
Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan
dengan situasi baru.
4.
Dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah akan
terjadi pembelajaran bermakna.
5.
Dalam situasi pendekatan pembelajaran berbasis masalah
siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya
dalam konteks yang relevan.
6.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Sedangkan kekurangan pendekatan
pembelajaran berbasis masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut:[19]
1.
Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini.
2.
Kurangnya waktu pembelajaran.
3.
Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin
penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru
sulit menjadi fasilitator yang baik.
[1] http://nurul-pai.blogspot.com/2013/01/sumber-belajar.html
diakses pada Jumat, 27 September 2013 pukul 20.57
[2] http://agus-sadikin.blogspot.com/2012/12/pengertian-sumber-belajar.html
diakses pada Jumat, 27 September 2013 pukul 21.00
[3] http://nurul-pai.blogspot.com/2013/01/sumber-belajar.html
diakses pada Jumat, September 2013 pukul 21.10
[4] Abdul Majid, Perencanaan
Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, hal 170.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Ibid, hal 171.
[8] http://wijayalabs.wordpress.com/2008/09/19/belajar-pembelajaran-dan-sumber-belajar-2/ Selasa,15-10-2013/19.25
[9]Arief
Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta,
PT Raja Grafindo Persada, 2007, 208.
[10] http://imansantoso73.wordpress.com/2013/05/10/macam-macam-media-pembelajaran/ Selasa,15-10-2013/19.25.
[11] Ibid
[13] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009,
hal. 203.
[14] http://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/pendekatan-belajar-berbasis-masalah.html
diakses pada Selasa, 8 Oktober 2013 pukul 20.46.
[15] http://catatantanti.blogspot.com/2012/11/pendekatan-pembelajaran-berbasis-masalah.html
diakses pada Selasa, 8 Oktober 2013 pukul 20.53.
[16] http://tbp-unj.blogspot.com/2011/10/pendekatan-belajar-berbasis-masalah.html
diakses pada Selasa, 8 Oktober 2013 pukul 20.46.
[18]http://catatantanti.blogspot.com/2012/11/pendekatan-pembelajaran-berbasis-masalah.html
diakses pada Selasa, 8 Oktober 2013 pukul 20.53.
[19] http://catatantanti.blogspot.com/2012/11/pendekatan-pembelajaran-berbasis-masalah.html
diakses pada Selasa, 8 Oktober 2013 pukul 20.53.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar