Pagi yang cerah. Di sebuah kelas bertuliskan KELAS 5,
seperti biasanya para siswa berisik berbicara tentang hal-hal yang menurut
mereka asyik dibicarakan kepada teman-temannya. Bicara tentang permainan, PR
yang menurutnya sulit, ulangan harian, dan lain sebagainya. Tampak seorang anak
laki-laki melongokkan kepalanya di pintu, sebentar dan langsung segera duduk
manis di bangkunya sambil memberikan isyarat diam kepada teman-temannya. Tidak
lama kemudian, sang guru datang. Semua siswa pun segera menyesuaikan diri di
bangkunya masing-masing. Diam seketika.
“Silahkan masuk!” Ucap Bu Mila setelah mengucapkan
salam kepada siswa-siswanya.
Masuklah seorang siswa laki-laki, para siswa pun mulai
bisik-berbisik mengenai siswa laki-laki tersebut dengan teman yang berada di
dekatnya, membuat suasana kelas cukup berisik kembali.
“Anak-anak silahkan diam,” ucap Bu Mila. Semua siswapun diam. “Tolong dengarkan teman
barumu akan berkenalan” lanjut Bu Mila.
Para siswa pun mendengarkan perkenalan teman barunya. Tapi,
ada salah satu siswa yang tidak tertarik dengan penjelasan siswa baru itu, Leon
namanya, dia lebih memilih serius mengamati penampilan siswa baru tersebut.
Rambut yang tertata rapi, wajah yang terlihat ceria,
serta berpenampilan rapi. Benda-benda yang dipakainya diamati satu per satu.
Tas yang disandang di bahunya, sepatu, serta jam yang melingkar di tangannya,
semuanya cukup sederhana, bukan barang mewah. Kemudian Leon beralih pada benda kotak yang tertempel di dada sebelah kanan, sebuah papan
nama kecil bertuliskan HAMZAH. Setelah pengamatan terhadap teman barunya
selesai, ia pun sibuk dengan buku-buku di mejanya, tak lagi mau menggubris
perkenalan singkat Hamzah.