Catatan Pena Para Istri
Selamat pagi every body, sudah satu semester ya kira-kira gak nengokin nih blog. Jadi ingat kalau punya hutang bercerita tentang meteri-materi Konvensi Pendidikan Nasional ke VI, hehehe semoga bisa segera release ya :)
Untuk kali ini saya punya niatan untuk menyampaikan unek-unek terkait dengan judul di atas. Bukan unek-unek saya sendiri sih, tapi juga teman-teman yang bercerita tentang masalah di atas, entah itu karena curhat colongan ataupun curhat beneran. Ya,,, siapa tahu dengan menuliskan unek-unek ini, mbak-mbak kece yang membaca tulisan ini mau juga berbagi apa gitu, sehingga saya dan teman-teman bisa tercerahkan, eh :D
Emang unek-uneknya kaya apa sih mbak?
Masa curhatnya ke temen yang belum nikah?
Lakyo malah baper?
Nah, disitulah kadang saya merasa gimana gitu...
Tapi, tak apalah, malah dapat ilmu gratis kok hehehe
Dan setelah nikah, saya merasakan apa yang mereka rasakan :D
Menurut yang saya amati, 8 dari 10 istri cenderung bercita-cita memiliki rumah sendiri, dalam artian tidak gabung bersama mertua. Kalau embak-embak gimana nih?
"Kalau 2 keluarga tinggal satu atap, rawan terjadi pertengkaran, meskipun itu Ibunya sendiri"
"Sesabar-sabarnya Ibu mertua tetep enak tinggal bersama Ibunya sendiri"
"Seenak-enaknya tinggal di rumah mertua, lebih baik rumah sendiri, walaupun ngontrak"
"Saya mulai gemuk begini setelah punya rumah sendiri, dulu saya gak segemuk ini"
"Di rumah mertua itu, gerak dikit kaya serba salah. Kalau di rumah sendiri bergaya macam apa saja gak ada yang melarang"
"Lihat, kakak saya jadi kurus begitu"
"Aku jan sedih kalau di sini, soalnya bla bla bla. Nikah itu ada enaknya ada enggaknya. Penak e sak klentheng sara ne sak rendheng" Ah, jadi teringat kata-katanya salah satu dosen. Beliau berkata kebalikan dari apa yang dikatakan teman saya, "Sara ne sak klentheng, penak e sak rendheng" Terus, menurut kalian yang bener yang mana?
Mendengarkan curahan teman-teman, jadi teringat kata-kata seorang Gus/Ustadz saat mengisi pengajian di musholla terdekat dalam acara peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw. Dalam ceramahnya, beliau menyisipkan sedikit materi (kalau boleh saya menyebut) tentang parenting yang ditujukan kepada Bapak atau calon Bapak.
"Besuk, kalau istrimu lagi hamil dan kamu ingin kerja di luar negeri, maka biarkan istrimu tinggal di rumah Ibunya, jangan di rumah mertuanya. Karena apa? Kalau sampai istrimu tertekan terus galau bin sedih, ini akan mempengaruhi anakmu nantinya. Biasanya anaknya akan cenderung pendiam, pemalu, dan minder an". :'( Langsung baper deh saya denger ini, huaaaaa
Nah, itu sedikit saja ya gess, sedikit lebih baik dari pada kosong di tahun 2019 ini. Saya doakan yang belum punya rumah, semoga lekas kesampaian ya???? Amiiiinnnn
Terakhir, harapan saya semoga ada tambahan unek-unek dari mbak-mbak yang lainnya. sedikit banyak unek-unek nya, saya yakin akan mencerahkan. Hehehe
Catatan Pena Para Istri
Selamat pagi every body, sudah satu semester ya kira-kira gak nengokin nih blog. Jadi ingat kalau punya hutang bercerita tentang meteri-materi Konvensi Pendidikan Nasional ke VI, hehehe semoga bisa segera release ya :)
Untuk kali ini saya punya niatan untuk menyampaikan unek-unek terkait dengan judul di atas. Bukan unek-unek saya sendiri sih, tapi juga teman-teman yang bercerita tentang masalah di atas, entah itu karena curhat colongan ataupun curhat beneran. Ya,,, siapa tahu dengan menuliskan unek-unek ini, mbak-mbak kece yang membaca tulisan ini mau juga berbagi apa gitu, sehingga saya dan teman-teman bisa tercerahkan, eh :D
Emang unek-uneknya kaya apa sih mbak?
Masa curhatnya ke temen yang belum nikah?
Lakyo malah baper?
Nah, disitulah kadang saya merasa gimana gitu...
Tapi, tak apalah, malah dapat ilmu gratis kok hehehe
Dan setelah nikah, saya merasakan apa yang mereka rasakan :D
Menurut yang saya amati, 8 dari 10 istri cenderung bercita-cita memiliki rumah sendiri, dalam artian tidak gabung bersama mertua. Kalau embak-embak gimana nih?
"Kalau 2 keluarga tinggal satu atap, rawan terjadi pertengkaran, meskipun itu Ibunya sendiri"
"Sesabar-sabarnya Ibu mertua tetep enak tinggal bersama Ibunya sendiri"
"Seenak-enaknya tinggal di rumah mertua, lebih baik rumah sendiri, walaupun ngontrak"
"Saya mulai gemuk begini setelah punya rumah sendiri, dulu saya gak segemuk ini"
"Di rumah mertua itu, gerak dikit kaya serba salah. Kalau di rumah sendiri bergaya macam apa saja gak ada yang melarang"
"Lihat, kakak saya jadi kurus begitu"
"Aku jan sedih kalau di sini, soalnya bla bla bla. Nikah itu ada enaknya ada enggaknya. Penak e sak klentheng sara ne sak rendheng" Ah, jadi teringat kata-katanya salah satu dosen. Beliau berkata kebalikan dari apa yang dikatakan teman saya, "Sara ne sak klentheng, penak e sak rendheng" Terus, menurut kalian yang bener yang mana?
Mendengarkan curahan teman-teman, jadi teringat kata-kata seorang Gus/Ustadz saat mengisi pengajian di musholla terdekat dalam acara peringatan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad saw. Dalam ceramahnya, beliau menyisipkan sedikit materi (kalau boleh saya menyebut) tentang parenting yang ditujukan kepada Bapak atau calon Bapak.
"Besuk, kalau istrimu lagi hamil dan kamu ingin kerja di luar negeri, maka biarkan istrimu tinggal di rumah Ibunya, jangan di rumah mertuanya. Karena apa? Kalau sampai istrimu tertekan terus galau bin sedih, ini akan mempengaruhi anakmu nantinya. Biasanya anaknya akan cenderung pendiam, pemalu, dan minder an". :'( Langsung baper deh saya denger ini, huaaaaa
Nah, itu sedikit saja ya gess, sedikit lebih baik dari pada kosong di tahun 2019 ini. Saya doakan yang belum punya rumah, semoga lekas kesampaian ya???? Amiiiinnnn
Terakhir, harapan saya semoga ada tambahan unek-unek dari mbak-mbak yang lainnya. sedikit banyak unek-unek nya, saya yakin akan mencerahkan. Hehehe
aku harus daftar curhat juga gitu? ;)
BalasHapusHehehe gak usah pakek daftar kak, langsung curhat saja, no problem 😂
Hapus