Sejarah
telah mencatat bahwasanya Tuhan telah mengizinkan Nabi Muhammad saw untuk
membelah bulan dengan tangannya sebagai mukjizat yang diberikan Allah kepada beliau
selain al-Quran. Tujuannya tidak lain untuk menunjukkan kepada kaumnya yang mengingkari
Tuhan bahwa Tuhanlah yang Maha Kuasa di dunia ini.
Para
astronaut Amerika pernah mendarat di bulan untuk sebuah penelitian. Ternyata
memang benar terbukti bahwa bulan terbelah. Mereka menyimpulkan ada rekahan di
permukaan bulan yang memanjang sepanjang diameter bulan. Rekahan itu berbentuk
urat-urat seperti sutura yang menggabungkan tengkorak depan dan tengkorak
belakang kita. Rekahan bulan tersebut dinamakan dengan Rima Ariadaeus yang
berarti BUKTI KEAJAIBAN.[1]
Poster Film Bulan Terbelah di Langit Amerika |
Memasuki golongan
novel National Best Seller, lagi-lagi karya pasangan Hanum dan Rangga
itu difilmkan setelah sukses dengan 99 Cahaya di Langit Eropa. Sebuah karya
yang sangat menginspirasi. Lewat novel dan film Bulan Terbelah di Langit
Amerika ini, Hanum dan Rangga mencoba menunjukkan sebuah keajaiban, keajaiban
yang menceritakan kepada dunia bahwa Islam adalah agama penuh kedamaian, bukan
agama yang selalu membawa malapetaka lewat para teroris yang menggunakan nama
jihad sebagai alasannya.
Kita
beruntung tinggal di Indonesia yang penduduk terbesarnya adalah muslim, bisa
bebas mengenakan jilbab sebagai wujud ketaatan kita sebagai seorang muslimah.
Berbeda dengan negara-negara yang muslimnya minoritas, mereka yang terlihat
Islam tersisihkan oleh pandangan orang-orang yang menganggap Islam adalah
teroris.
Setelah peristiwa 11 September 2001, peristiwa di mana jatuhnya pesawat yang meluluhlantakkan gedung menara kembar New York, orang Amerika begitu membenci Islam. Orang yang terlihat muslim seperti wanita memakai jilbab diacuhkan bahkan di olok-olok. Mereka berpikir bahwa jika Islam tidak ada, pasti tidak akan ada peristiwa itu dan orang-orang yang mereka sayangi pasti masih berada di sekeliling mereka.
Setelah peristiwa 11 September 2001, peristiwa di mana jatuhnya pesawat yang meluluhlantakkan gedung menara kembar New York, orang Amerika begitu membenci Islam. Orang yang terlihat muslim seperti wanita memakai jilbab diacuhkan bahkan di olok-olok. Mereka berpikir bahwa jika Islam tidak ada, pasti tidak akan ada peristiwa itu dan orang-orang yang mereka sayangi pasti masih berada di sekeliling mereka.
Hanum
sebagai seorang reporter mendapatkan tugas yang dirasa berat dari atasannya,
Gertrud. Sebuah tugas yang bisa merubah pandangan orang-orang tersebut terhadap Islam, bahwa ternyata Islamlah agama yang mengajarkan kedamaian. Tema dari tugas Hanum adalah would the world be better without Islam?
Beberapa nara sumber telah diwawancarai oleh Hanum, yaitu Jones dan Azima Hussein. Jones adalah salah satu orang yang merasa dirugikan karena peristiwa tersebut, karena istri tercintanya bernama Anna meningal dalam peristiwa itu. Sudah jelas dia menjawab pertanyaan Hanum dengan "Ya".
Azima Hussein, seorang muallaf juga bernasib seperti Jones, suaminya Ibrahim Hussein juga meninggal karena peristiwa 11 September tersebut, bahkan suaminya dianggap teroris karena dia adalah seorang muslim. Inilah yang menyebabkan hilang kebanggaannya Azima terhadap Islam. Sehingga dia tidak percaya diri dengan memakai jilbab.
Hingga suatu hari, dalam sebuah acara Philipus Brown, seorang dermawan nonmuslim menjelaskan fakta dibalik peristiwa 11 September. Beliau menceritakan bahwasanya dirinya selamat dari peristiwa 11 September karena seorang muslim yang bernama Ibrahim Hussein yang merupakan suaminya Azima Hussein. Hussein lebih memilih untuk menyelamatkan Philipus dari gedung yang sudah di ambang kehancuran dari pada menyelamatkan dirinya sendiri. Dirinya berujar bahwasanya dalam keyakinannya Islam, semua orang akan mati, tapi amalan akan hidup selamanya.
Beberapa nara sumber telah diwawancarai oleh Hanum, yaitu Jones dan Azima Hussein. Jones adalah salah satu orang yang merasa dirugikan karena peristiwa tersebut, karena istri tercintanya bernama Anna meningal dalam peristiwa itu. Sudah jelas dia menjawab pertanyaan Hanum dengan "Ya".
Azima Hussein, seorang muallaf juga bernasib seperti Jones, suaminya Ibrahim Hussein juga meninggal karena peristiwa 11 September tersebut, bahkan suaminya dianggap teroris karena dia adalah seorang muslim. Inilah yang menyebabkan hilang kebanggaannya Azima terhadap Islam. Sehingga dia tidak percaya diri dengan memakai jilbab.
Hingga suatu hari, dalam sebuah acara Philipus Brown, seorang dermawan nonmuslim menjelaskan fakta dibalik peristiwa 11 September. Beliau menceritakan bahwasanya dirinya selamat dari peristiwa 11 September karena seorang muslim yang bernama Ibrahim Hussein yang merupakan suaminya Azima Hussein. Hussein lebih memilih untuk menyelamatkan Philipus dari gedung yang sudah di ambang kehancuran dari pada menyelamatkan dirinya sendiri. Dirinya berujar bahwasanya dalam keyakinannya Islam, semua orang akan mati, tapi amalan akan hidup selamanya.
Apa yang
diperbuat oleh Hussein (menyelamatkan orang non muslim) dapat membuka mata
orang-orang yang awalnya membenci Islam menjadi paham bahwa Islam adalah agama
yang mengajarkan kedamaian. Di antaranya adalah nyonya Collins, ibundanya
Azima – yang diceritakan di novel tapi tak dimunculkan dalam film – setelah
mendengar cerita Brown langsung memasang syalnya di kepala Azima sebagai bentuk
persetujuannya Azima kembali memakai jilbabnya.
Begitu pula dengan Jones, dia menjadi paham bahwa Islam adalah benar-benar agama yang mengajarkan kedamaian. Dia pun berhenti untuk membenci Islam. Sedangkan Azima, dia pun kembali berhijab.
Begitu pula dengan Jones, dia menjadi paham bahwa Islam adalah benar-benar agama yang mengajarkan kedamaian. Dia pun berhenti untuk membenci Islam. Sedangkan Azima, dia pun kembali berhijab.
Dengan demikian,
pertanyaan Hanum dengan jelas dapat dijawab “Tidak” , dunia tidak akan lebih
baik tanpa Islam, karena dunia tanpa Islam adalah dunia tanpa kedamaian.
Salam.
Dari seorang
yang menyukai karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra J
[1]
Hanum dan Rangga, Bulan
Terbelah di Langit Amerika, (Jakarta: Gramedia, 2014), hal. 316.
Saya tidak mengerti ini review buku atau review film. Saya sama sekali nggak dapat gambaran filmnya (atau bukunya) menceritakan tentang apa secara garis besar.
BalasHapusTerima kasih atas komentarnya,
HapusSudah saya revisi, silahkan dibaca kembali dan saya tunggu komentar keduanya :)
Kalo ada novel best seller ato cukup sampe di filmkan aja rasanya pengen beli ato nonton. Tapi ga pernah ksampaian hahahaha...
BalasHapusLhoh kok gitu????
HapusSemoga di tahun 2016 ini bisa kesampaian ya.... :D