Ridha,
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rela, suka, senang hati, dan
menerima.
Tulisan
diambil dari sebuah diskusi kecil yang sedang membahas tentang tujuan
pendidikan. Dalam Islam, salah satu tujuan dari pendidikan adalah untuk mencari
ridha Allah. Nah, lalu bagaimana ya kita menata hati agar ketika kita mencari
ilmu di lembaga pendidikan itu benar-benar mencari ridha Allah?
Ada
tanggapan menarik mengenai hal tersebut, “Janganlah sibuk mencari ridha Allah,
tapi sibuklah untuk berusaha meridhai apa yang telah ditetapkan Allah kepada
kita”.[1] Ini
berarti bahwa manusia haruslah berusaha ikhlas, berusaha menerima apa yang
telah digariskan Allah terhadapnya – dan ini tidaklah mudah.
Manusia,
telah disebutkan dalam ayat AlQuran bahwa dia diciptakan bersifat keluh kesah
lagi kikir. Berkeluh kesah saat ditimpakan musibah, dan bersifat kikir jika
diberikan kebaikan. Kendati demikian, tentu ada manusia yang bisa mengalahkan
sifat tersebut dalam dirinya. Ayat selanjutnya menyatakan bahwa ada manusia
pengecualian (tidak seperti yang disebutkan sebelumnya), yaitu mereka yang
tetap mengerjakan shalat, mereka yang menyisihkan hartanya, mereka yang mempercayai
hari pembalasan, mereka yang takut terhadap azab Tuhannya, mereka yang
memelihara kemaluan kecuali terhadap istri-istrinya, mereka yang memelihara
amanat-amanat yang dipikulnya, mereka yang memberikan kesaksian, serta mereka
yang memelihara shalatnya (QS al-Ma’aarij ayat 19-34).
Nah,
bagaimana? Sulit dan berat, bukan? Ya iyalah, ganjarannya surga broooo!! :D
Selanjutnya,
berhubung forum kami adalah forum orang PAI (Pendidikan Agama Islam) yang membahas
tafsir ayat dan hadits tarbawi, pastinya akan keluar beberapa dalil untuk
menjelaskan sesuatunya. Tetap masalah ridha, ada beberapa dalil yang bisa kita
perhatikan terkait dengan mendapatkan ridha dari Allah.
Pertama,
adalah yang telah disebutkan di atas. Untuk mendapatkan ridha Allah, seseorang
harus ridha terhadap ketentuan-Nya. Hal ini terdapat dalam QS al-Fajr ayat 28 “Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya”, serta QS
al-Bayyinah ayat 8 “Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya”.
Kedua,
hendaklah segala aktivitas yang kita lakukan ditujukan untuk Allah semata (QS
al-Lail ayat 20), “tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari
keridhaan Tuhannya Yang Maha Tinggi”.
Ketiga,
adalah sebuah hadits yang menyatakan bahwa ridha Allah tergantung ridha orang
tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.[2]
Diskusi
pada Selasa, 3 Oktober 2017 di lokal 5 gedung pascasarjana IAIN TA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar