Menapak Jejak Amien Rais |
Judul : Menapak Jejak Amien Rais_Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta
Penulis : Hanum Salsabiela Rais
Penerbit : Erlangga
Tahun terbit : 2010
Cetakan Pertama
Buku ini merupakan kakak dari novel 99 Cahaya
di Langit Eropa. Meski buku ini yang pertama lahir, namun aku menjadikannya
bacaan yang terakhir setelah membaca 99 Cahaya di Langit Eropa, Berjalan di
Atas Cahaya, dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Maklum, karena aku
mengetahui buku pertama mbak Hanum ini dalam buku-buku tersebut. Setelah
menkhatamkan buku-bukunya mbak Hanum itu, di bagian akhir selalu ditayangkan
buku-buku yang memuat tulisan beliau. Menapak Jejak Amien Rais lah salah
satunya, dan merupakan salah satu buku yang belum pernah aku lihat.
Tulisan-tulisan mbak Hanum –yang pernah aku
baca- yang renyah dan mempunyai kualitas tertentu untuk dibaca, membuat aku
penasaran dengan buku pertamanya. Di setiap mendatangi took-toko buku, aku
selalu mencarinya dan tak pernah aku menemukannya. Hingga ketika aku mulai
melupakannya, buku ini muncul di hadapanku saat aku memilah-milah buku di rak
buku perpustakaan daerah (PERPUSDA) Tulungagung. Tanpa pertimbangan dan tanpa
mikir panjang, aku pun langsung menyomotnya dan siap menjelajahi bab per
babnya.
Ternyata buku ini sama dengan buku-buku mbak
Hanum lainnya, begitu renyah untuk dinikmati. Dalam buku pertamanya, mbak Hanum
mencoba menuliskan kembali sebagian kisah-kisah yang menariknya bersama
ayahandanya Amien Rais. Selain itu, beliau juga menuliskan sifat, sikap, ide, kebijakan,
dan kejadian-kejadian yang ada pada diri pak Amien Rais. Lewat bukunya inilah,
mbak Hanum mencoba mengenalkan pak Amien Rais yang apa adanya untuk bangsa
Indonesia.
Pak Amien Rais adalah seorang yang selalu
kritis terhadap lingkungannya. Beliau selalu berusaha untuk mensejahterakan
bangsa Indonesia. Beliau berani melakukan apapun asalkan itu demi kebaikan
rakyat Indonesia, meski harus menentang pemerintahan sekalipun. Salah satu
cerita di buku itu yang aku ingat adalah ketika pemerintahan Orde Baru mewajibkan
memakai sepatu hitam yang seragam ketika sekolah. Di saat terjadi krisis
ekonomi dan susahnya mencari dana untuk kebutuhan sehari-hari, masyarakat malah
dibuat tambah gelisah dengan peraturan tersebut. Pastinya ini sangat sulit
untuk masyarakat Indonesia saat itu.
Namun yang terjadi masyarakat malah menjalankan
aturan itu. “Itu karena mereka takut” ucap pak Amien Rais. Dengan
kejadian tersebut, pak Amien Rais dengan keberaniannya melontarkan kritik yang
sangat tajam dan tetap santun pada pemerintah Orde Baru. Memang dibutuhkan
keberanian yang luar biasa dalam hal ini, namun dengan berprinsip “Hanya
takut pada Allah dan Ibu” beliau bisa menyingkirkan ketakutannya.
Cerita lain yang menunjukkan pak Amien Rais
sangat peduli pada rakyatnya adalah ketika beliau menyuruh mbak Hanum untuk
membeli sapu pada pedagang keliling. Mbak Hanum dengan bangga bercerita
bahwasanya dia telah menawar sapu hingga 50 % dari harga aslinya. Mendengar
cerita putrinya itu, pak Amien Rais malah menatapnya dengan tatapan marah dan
menyuruh mbak Hanum untuk mengejar tukang sapu itu dan memberikan uang yang
seharusnya dibayar tadi.
Itulah Pak Amien Rais yang selalu lebih
mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Aku jadi teringat masa kecilku, ketika
ayahku menempelkan stiker bergambar pak Amien Rais lantas ada orang yang
berujar kurang lebih seperti ini, “Nah, yo kui lho pemimpin sing apik” (Nah,
itulah pemimpin yang baik). setelah membaca buku ini, tidak salah memang orang
itu berpendapat hal tersebut.
Ini adalah salah satu pribadi pak Amien Rais
yang baik, dan masih banyak lagi - yang lain yang patut diacungi jempol – yang
akan didapatkan lewat membaca buku ini. Beberapa wejangan beliau kepada
putrinya mungkin juga bisa kita terapkan pada kehidupan sehari-hari kita.
wow,, jadi pengen baca bukunya,,
BalasHapusreviewnya keren hahaii
Terima kasih,
HapusSemoga bisa segera tercapai keinginannya untuk membaca buku ini, hehe :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus