Sabtu, 27 September 2014

VARIABEL PENELITIAN


A.    Pengertian Variabel dan Indikator
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.[1]
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian, F.N. Kerlinger
menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin.
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan : berat badan, karena ada berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
Adapun pengertian indikator menurut para pakar:[3]
1.      Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau  kondisi. Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut ( Wilson, 1993).
2.      Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
3.      Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981).

B.     Macam-Macam Variabel
            Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya memakmurkan kepandaian.
            Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous).[4]
1.       Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita atau dengan kata lain: “wanita – pria”, “hadir – tidak hadir”, “atas – bawah”. Angka-angka digunakan dalam variabel dikrit ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2.      Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:
a.       Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
Contoh: Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
b.      Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya:
Suhu udara di luar 310 C. Suhu tubuh kita 370 C. Maka selisih suhu adalah 60 C.
Jarak Semarang – Magelang 70 km, sedangkan Magelang – Yogya 101 km. Maka selisih jarak Magelang – Yogya, yaitu 31 km. Dibandingkan dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.
c.       Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-sesamanya meruapakan “sekian kali”.
Contoh:
Berat pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
Kembali pada variabel diskrit, variabel diskrit bukan hanya hasil hitungan, tetapi juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel diskrit. Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidak menunjukkan “lebih – kurang”, “jarak”, atau “sekian kali”. Jika nomor telepon pak Sosro 8000 dan nomor telepon pak Noto 4000, tidak dapat diartikan:
a.       Nomor telepon pak Sosro lebih banyak daripada nomor telepon pak Noto.
b.      Nomor telepon pak Sosro berjarak 4000 dari nomor telepon pak Noto.
c.       Nomor telepon pak Sosro dua kali nomor telepon pak Noto.
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat-ingat:
a.       Variabel diskrit diberi simbol laki-laki perempuan dan gambar telepon.
b.      Variabel ordinal diberi simbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
c.       Variabel interval diberi simbol gambar termometer.
d.      Variabel ration diberi simbol gambar kayu penggaris.
Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat diubah menjadi variabel diskrit dengan cara mengklasifikannya menjadi “ya” dan “tidak”.
Cara:
1.      Menentukan batas misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata-rata: diberi “ya”, dan selain nilai itu diberi “tidak”.
2.      Mengambil satu nilai diberi “ya”, dan dan selain nilai itu diberi “tidak”.
Contoh:           Nilai bahasa indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel interval), variabel ini dapat dibuat diskrit dengan mengambil misalnya nilai 7 sebagai “ya”, dan selain nilai itu (di atas atau di bawahnya) diberi “tidak”.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:[5]
1.      Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation Modeling) / Pemodelan Persamaan Struktural, variabel independen disebut variabel eksogen. 
2.      Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) / Pemodelan Persamaan Struktural, variabel dependen disebut variabel indogen.
Contoh bagan hubungan variabel independen – dependen.







Intensitas Iklan
(Variabel Independen)
 

Jumlah Penjualan
(Variabel Dependen)
 



 



3.      Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini disebut dengan variabel independen kedua. Contoh: Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
Contoh bagan hubungan variabel independen – moderator, dependen.









Flowchart: Card: Pendidikan
(Variabel Independen)
Flowchart: Card: Keberhasilan Usaha
(Variabel Dependen )






Flowchart: Card: Lingkungan
(Variabel Moderator)
 






4.      Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya/timbulnya variabel dependen.
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.
Contoh bagan hubunga variabel independen – moderator – Itervening, dependen.















Flowchart: Alternate Process: Penghasilan
(Variabel Independen)
Flowchart: Alternate Process: Gaya Hidup
(Variabel Intervening)
Flowchart: Alternate Process: Harapan Hidup
(Varibel Dependen)











Flowchart: Alternate Process: Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
 








5.      Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak teliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan, melalui peta konsep.
Contoh bagan hubungan variabel independen – kontrol, dependen.












Rounded Rectangle: Pendidikan SMA & SMK
(Variabel Independen)
Rounded Rectangle: Ketrampilan Pemasaran
(Variabel Dependen)






Rounded Rectangle: Produk, tempat, alat sama
(Variabel Kontrol)
 








Pada kenyataannya, gejala – gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator, dan intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada variabel independendan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (holistic).

C.    Variabel dan Data
Sekali lagi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber  SK menteri P dan K No. 0259/U/1997 tanggal 11 juli 1997 disebutkan bahwa data dalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan umtuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka:[6]
1.      Data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
2.      Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak atau ukuran.
Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistik, maka datanya harus berupa angka-angka.
Contoh:
            Apabila datanya merupakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek, jelek sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1. Tetapi ingat, 5,4,3,2,1 hanya simbol yang menunjukkan urutan tingkatan karena datanya berupa data ordinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena akan diolah dengan teknik tertentu, maka hanya diberi 2 macam simbol. Misalnya “sangat bagus” diberi simbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya) diberi simbol  0 atau angka lain. Boleh saja kita memberi simbol 2 untuk “sangat bagus” dan simbol 1 untuk yang lain, tetapi tidak berarti bahwa 2 adalah dua kali 1. Angka-angka tersebut hanya simbol untuk memisahkan menjadi dua bagi data yang ada.

D.    Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambah tidaknya berat badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kontinum (ratio).[7]
Peneliti lain ingin menyelidiki besarnya kesadaran masyarakat bagi orang-orang yang mendapatkan P4. Dalam hal ini maka nilai penataran P4 dan kesadaran masyarakat merupakan variabel penelitian. Baik nilai penataran P4 maupun kesadaran bermasyarakat dapat diukur, digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan sebagai variabel interval. Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X). Sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel terikat atau dependent variable (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel bebas dan berat badan merupakan variabel akibat. Sedangkan dalam penelitian II, nilai penataran P4 merupakan variabel bebas dan kesadaran bermasyarakat merupakan variabel terikat.
Dalam contoh dua penelitian di atas, susu dan penataran P4 sebagai independent variables merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran bermasyarakat, keduanya merupakan variabel tunggal. Sebagai contoh eksperimen yang lebih dari satu variabelnya adalah sebagai berikut:
Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid.
Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajar di rumah sebagai satu variabel atau sub-variabel dan lingkungan belajar di sekolah sebagai variabel (sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat memperhatikan lingkungan belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai variabel (sub-variabel) ketiga. Berikut ini adalah contoh eksperimen dengan variabel terikat lebih dari satu.[8]
Pengaruh frekuensi mengikuti praktikum terhadap kemampuan mengajar. Yang menjadi variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kemampuan mengajar, yang nilainya diperinci atas: kemampuan membuat persiapan tertulis dan kemampuan mengajar di kelas. Jadi, secara terpisah ada dua variabel. Apabila dikehendaki lebih teliti, kemampuan mengajar di depan kelas dapat diperinci lagi menjadi kemampuan membuka pelajaran, mengajarkan materi dalam inti mengajar, menutup pelajaran, kemampuan menggunakan alat, kemampuan mengelola kelas, mengevaluasi murid dan sebagainya.
Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memang mengidentifikasi variabel dan sub-variabel ini tidak mudah, karenanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti-buktinya.
Kategori, indikator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumuskan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akan menghasilkan kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit tapi kecil-kecil).[9]
Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini disajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid
Variabel bebas             : kualitas guru
Variabel terikat           : prestasi belajar murid
Yang ditulis di dalam tanda kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.

Variabel bebas:
Kualitas guru
Variabel Terikat:
Prestasi belajar murid

1.    
2.    
3.    
4.    

5.    
6.    

7.    

8.    

9.    
10.     

11.     
12.     
Sub-Variabel
Pendidikan guru (dokumen)
Pengalaman mengajar (dokumen)
Banyaknya penataran (dokumen)
Usia (dokumen)

Minat menjadi guru (kuesioner kepada guru)
Penguasaan terhadap materi pelajaran (kuesioner murid)
Pendekatan/cara mengajar (observasi atau kuesioner murid)
Cara memilih alat dan cara menggunakannya (observasi dan kuesioner murid)
Hubungan guru-murid (kuesioner murid)
Pribadi guru (wawancara, kuesioner berbagai pihak)
Keluarga guru (kuesioner atau wawancara)
Cara memberi PR (kuesioner murid dan guru)
Dan sebagainya
Sub-Variabel
1.     Nilai harian dokumen)
2.     Nilai ulangan umum (dokumen)
3.     Nilai tugas-tugas (dokumen)
4.     Cara menjawab pertanyaan di kelas (observasi)
5.     Cara menyusun laporan (dokumen)
6.     Nilai ketelitian catatan (dokumen)

7.     Ketekunan, keuletan (observasi)

8.     Usaha (observasi), dan sebagainya

Pada waktu menentukan sub-variabel ini peneliti harus selalu sambil berpikir, bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka dapat terjadi diketemukan variabelnya, kelihatannya menarik, tetapi mungkin tidak ada datanya.[10]
Misalnya: Perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru tersebut pada waktu ia sekolah.
Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub-variabel adalah disebutnya sub-variabel akibat dari variabel terikat, misalnya: naik kelas; disebutnya penyebab variabel bebas. Misalnya cita-cita orang tua, sang guru (yang berpengaruh terhadap minat si guru menjadi guru)
Ada lagi kesalahan, yaitu variabel lain yang juga merupakan penyebab terpengaruhinya variabel terikat. Misalnya IQ siswa, lingkungan belajar, dan sebagainya. Variabel ini bukan variabel bagian dari guru tetapi mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat. Variabel-variabel semacam ini disebut intervening variable, atau lebih gampangnya dipahami disebut variabel pengganggu, karena mengotori pengaruh guru terhadap prestasi belajar.
Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti.

Memahami Variabel yang Bermakna
Bermanfaat atau tidaknya hasil penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang ditentukan oleh peneliti. Tentang variabel penelitian ada dua hal yang diperhatikan, yaitu: sifat variabel dan status variabel.[11]
1.      Sifat Variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel statis dan variabel dinamis.
a.       Variabel statis, adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya, misalnya jenis kelamin, status sosial ekonomi, tempat tinggal, dan lain-lain. Andaikata, hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan akibat dari variabel-variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk mengubah variabel dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat-ingat, kita sebut saja variabel tersebut sebagai “variabel tidak berdaya”
b.      Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat diubah keberadaannya berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan. Contoh variabel dinamis adalah: kedisiplinan, motivasi kepedulian, pengaturan, dan sebagainya. Andaikata hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan akibat dari variabel-variabel tersebut, maka peneliti dapat mengubah atau mengusulkan untuk mengubahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat-ingat, kita sebut saja variabel ini dengan variabel terubah.
2.      Status Variabel
Dalam membicarakan status variabel ini kita perlu melihat satu variabel dalam hubungannya dengan variabel lain. Semua variabel mempunyai status penting, namun jika dibandingkan antara dua status di bawah ini, kita dapat menentukan mana yang lebih bermakna dalam penelitian.
a.       Kebiasaan hidup sehari-hari - - - - - - - - - > motivasi berprestasi.
b.      Motivasi berprestasi - - - - - - - - - - - - > etos kerja.
c.       Etos kerja - - - - - - - - - - - - - - > keberhasilan kerja.
Dalam setiap kaitan dua variabel yang disajikan di atas, variabel yang disebutkan pertama merupakan penyebab untuk variabel kedua. Variabel pertama berstatus sebagai sesuatu yang akan dilihat peranannya terhadap variabel yang disebutkan kedua.
Kemanfaatan peneliti selalu harus dilihat dari variabel pertama. Apa yang dapat dilakukan oleh peneliti, atau apa saja yang dapat disarankan oleh peneliti terhadap orang lain agar tampak bahwa kegiatan penelitian yang kita lakukan mempunyai manfaat yang cukup besar.

E.     Merumuskan Definisi Operasional Variabel-Variabel
Setelah variabel-variabel diidentifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep yang dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.[12]
Tentang caranya menyusun definisi operasional itu bermacam-macam sekali. Namun, untuk memudahkan pembicara, cara yang bermacam-macam itu dapat dikelompokkan menjadi 3 macam:
1.      Yang menekankan kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan,
2.      Yang menekankan bagaimana kegiatan (operation) itu dilakukan,
3.      Yang menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan.
Untuk memudahkan pembicara, definisi-definisi itu berturut-turut di sini disebut definisi-definisi pola I, pola II dan pola III.
1)      Definisi Pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi, contoh:
a.       Frustasi adalah keadaan yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai.
b.      Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24 jam.
c.       Garam meja adalah hasil kombinasi kimiawi antara sodium dan chlorine.
Definisi Pola I ini, yang menekankan operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama berguna untuk mendefinisikan variabel bebas.
2)      Definisi Pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh:
a.       Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.
b.      Orang lapar adalah orang yang mulai menyantap makanannya kurang dari satu menit setelah makanann itu dihidangkan, dan menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.
c.       Dosen yang otoriter adalah dosen yang menuntut mahasiswanya melakukan hal-hal tepat seperti yang digariskannya, suka memberi komando, dan mengutamakan hubungan formal dengan mahasiswanya.
3)      Definisi Pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya. Contoh:
a.       Mahasiswa yang cerdas adalah mahasisiwa yang mempunyai  ingatan baik, mempunai perbendaharaan kata luas, mempunyai kemampuan berpikir baik, mempunyai kemampuan berhitung baik.
b.      Ekstraversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
c.       Prestasi aritmetika adalah kompetensi dalam bidang aritmetika yang meliputi menambah, mengurangi, memperbanyakkan, membagi, menggunakan pecahan, menggunakan desimal.
Seringkali dalam membuat definisi operasional pola III ini peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk mengambil datanya.

Setelah definisi operasioanal variabel-variabel penelitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalisasikan. Jadi peneliti telah menyusun prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasioanl, dan siap diuji melalui data empiris.[13]


[1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 38.
[2] Ibid.
[3] http://hidaylaela.blogspot.com/2013/05/metodologi-penelitian-pendidikan.html diakses pada Sabtu, 20 September 2014 pukul 16.04 WIB.
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 159.
[5] Sugyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.  4.
[6] Suharsimi, Penelitian . . . , hlm. 161.
[7] Ibid, hlm. 162.
[8] Ibid.
[9] Ibid, hlm. 164.
[10] Ibid, hlm. 166.
[11] Ibid.
[12] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm.  83.
[13] Ibid, 85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Me :)

VARIABEL PENELITIAN


A.    Pengertian Variabel dan Indikator
Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek lain. Dinamakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Jadi kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki obyek, maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya.[1]
Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian, F.N. Kerlinger
menyebut variabel sebagai sebuah konsep seperti halnya laki-laki dalam konsep jenis kelamin.
Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin, karena jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki – perempuan : berat badan, karena ada berat 40 kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan di sini bahwa variabel penelitian adalah suatu sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[2]
Adapun pengertian indikator menurut para pakar:[3]
1.      Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau  kondisi. Contoh: berat badan bayi dan umurnya adalah indikator status nutrisi dari bayi tersebut ( Wilson, 1993).
2.      Indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
3.      Indikator adalah variable untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981).

B.     Macam-Macam Variabel
            Variabel dapat dibedakan atas yang kuantitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya luas kota, umur, banyaknya jam dalam sehari, dan sebagainya. Contoh variabel kualitatif misalnya memakmurkan kepandaian.
            Lebih jauh variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum (discrete and continous).[4]
1.       Variabel diskrit: disebut juga variabel nominal atau variabel kategorik karena hanya dapat dikategorikan atas dua kutub yang berlawanan yakni “ya” dan “tidak”. Misalnya ya wanita atau dengan kata lain: “wanita – pria”, “hadir – tidak hadir”, “atas – bawah”. Angka-angka digunakan dalam variabel dikrit ini untuk menghitung, yaitu banyaknya pria, banyaknya yang hadir dan sebagainya. Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi.
2.      Variabel kontinum: dipisahkan menjadi 3 variabel kecil yaitu:
a.       Variabel ordinal, yaitu variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya panjang, kurang panjang, pendek. Untuk sebutan lain adalah variabel “lebih kurang” karena yang satu mempunyai kelebihan dibandingkan yang lain.
Contoh: Ani terpandai, Siti pandai, Nono tidak pandai.
b.      Variabel interval, yaitu variabel yang mempunyai jarak, jika dibanding dengan variabel lain, sedang jarak itu sendiri dapat diketahui dengan pasti. Misalnya:
Suhu udara di luar 310 C. Suhu tubuh kita 370 C. Maka selisih suhu adalah 60 C.
Jarak Semarang – Magelang 70 km, sedangkan Magelang – Yogya 101 km. Maka selisih jarak Magelang – Yogya, yaitu 31 km. Dibandingkan dengan variabel ordinal, jarak dalam variabel ordinal tidak jelas. Jarak kepandaian antara Ani dan Siti tidak dapat diukur.
c.       Variabel ratio, yaitu variabel perbandingan. Variabel ini dalam hubungan antar-sesamanya meruapakan “sekian kali”.
Contoh:
Berat pak Karto 70 kg, sedangkan anaknya 35 kg. Maka pak Karto beratnya dua kali berat anaknya.
Kembali pada variabel diskrit, variabel diskrit bukan hanya hasil hitungan, tetapi juga penomoran. Nomor telepon misalnya, dapat digolongkan dalam variabel diskrit. Tinjauannya adalah karena nomor telepon tidak menunjukkan “lebih – kurang”, “jarak”, atau “sekian kali”. Jika nomor telepon pak Sosro 8000 dan nomor telepon pak Noto 4000, tidak dapat diartikan:
a.       Nomor telepon pak Sosro lebih banyak daripada nomor telepon pak Noto.
b.      Nomor telepon pak Sosro berjarak 4000 dari nomor telepon pak Noto.
c.       Nomor telepon pak Sosro dua kali nomor telepon pak Noto.
Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mudahnya mengingat-ingat:
a.       Variabel diskrit diberi simbol laki-laki perempuan dan gambar telepon.
b.      Variabel ordinal diberi simbol gambar 3 orang yang berbeda tingginya.
c.       Variabel interval diberi simbol gambar termometer.
d.      Variabel ration diberi simbol gambar kayu penggaris.
Jika kita menghendaki, variabel kontinum dapat diubah menjadi variabel diskrit dengan cara mengklasifikannya menjadi “ya” dan “tidak”.
Cara:
1.      Menentukan batas misalnya nilai rata-rata, maka angka di atas rata-rata: diberi “ya”, dan selain nilai itu diberi “tidak”.
2.      Mengambil satu nilai diberi “ya”, dan dan selain nilai itu diberi “tidak”.
Contoh:           Nilai bahasa indonesia berjarak antara 3 dan 9 (variabel interval), variabel ini dapat dibuat diskrit dengan mengambil misalnya nilai 7 sebagai “ya”, dan selain nilai itu (di atas atau di bawahnya) diberi “tidak”.

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:[5]
1.      Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation Modeling) / Pemodelan Persamaan Struktural, variabel independen disebut variabel eksogen. 
2.      Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) / Pemodelan Persamaan Struktural, variabel dependen disebut variabel indogen.
Contoh bagan hubungan variabel independen – dependen.







Intensitas Iklan
(Variabel Independen)
 

Jumlah Penjualan
(Variabel Dependen)
 



 



3.      Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini disebut dengan variabel independen kedua. Contoh: Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim belajar.
Contoh bagan hubungan variabel independen – moderator, dependen.









Flowchart: Card: Pendidikan
(Variabel Independen)
Flowchart: Card: Keberhasilan Usaha
(Variabel Dependen )






Flowchart: Card: Lingkungan
(Variabel Moderator)
 






4.      Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak diantara variabel independen dan dependen, sehingga independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya/timbulnya variabel dependen.
Pada contoh berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu budaya lingkungan tempat tinggal.
Contoh bagan hubunga variabel independen – moderator – Itervening, dependen.















Flowchart: Alternate Process: Penghasilan
(Variabel Independen)
Flowchart: Alternate Process: Gaya Hidup
(Variabel Intervening)
Flowchart: Alternate Process: Harapan Hidup
(Varibel Dependen)











Flowchart: Alternate Process: Lingkungan Tempat Tinggal
(Variabel Moderator)
 








5.      Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak teliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan, melalui peta konsep.
Contoh bagan hubungan variabel independen – kontrol, dependen.












Rounded Rectangle: Pendidikan SMA & SMK
(Variabel Independen)
Rounded Rectangle: Ketrampilan Pemasaran
(Variabel Dependen)






Rounded Rectangle: Produk, tempat, alat sama
(Variabel Kontrol)
 








Pada kenyataannya, gejala – gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator, dan intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada variabel independendan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (holistic).

C.    Variabel dan Data
Sekali lagi, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber  SK menteri P dan K No. 0259/U/1997 tanggal 11 juli 1997 disebutkan bahwa data dalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan umtuk menyusun suatu informasi. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
Sesuai dengan macam atau jenis variabel, maka data atau hasil pencatatannya juga mempunyai jenis sebanyak variabelnya. Dengan demikian maka:[6]
1.      Data dari variabel diskrit disebut data diskrit, berupa frekuensi.
2.      Data dari variabel kontinum disebut data kontinum, berupa tingkatan, angka berjarak atau ukuran.
Bagi peneliti yang menginginkan mengolah data dengan metode statistik, maka datanya harus berupa angka-angka.
Contoh:
            Apabila datanya merupakan data kualitatif, misalnya: sangat bagus, bagus, cukup, jelek, jelek sekali, maka data tersebut diberi simbol angka misalnya: sangat bagus 5, bagus 4, cukup 3, jelek 2, dan jelek sekali 1. Tetapi ingat, 5,4,3,2,1 hanya simbol yang menunjukkan urutan tingkatan karena datanya berupa data ordinal.
Demikian juga jika ingin mengubah data tersebut menjadi data diskrit karena akan diolah dengan teknik tertentu, maka hanya diberi 2 macam simbol. Misalnya “sangat bagus” diberi simbol 1, yang lain (tidak perlu ditingkatannya) diberi simbol  0 atau angka lain. Boleh saja kita memberi simbol 2 untuk “sangat bagus” dan simbol 1 untuk yang lain, tetapi tidak berarti bahwa 2 adalah dua kali 1. Angka-angka tersebut hanya simbol untuk memisahkan menjadi dua bagi data yang ada.

D.    Variabel sebagai Objek Penelitian
Apabila seorang peneliti ingin menyelidiki apakah benar bahwa susu menyebabkan badan menjadi gemuk, maka yang menjadi objek penelitiannya adalah susu dan berat badan orang. Maka susu dan berat badan merupakan variabel penelitian.
Dalam penelitian seperti ini, sebaiknya peneliti menggunakan pendekatan eksperimen. Kelompok eksperimen adalah orang-orang yang minum susu, sedangkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding adalah orang-orang yang tidak diberi minum susu. Banyaknya susu yang diberikan kepada kelompok eksperimen ditakar dengan ukuran liter, maka variabelnya berbentuk variabel kontinum. Sedangkan tambah tidaknya berat badan, diukur dengan ukuran kilogram, variabelnya juga variabel kontinum (ratio).[7]
Peneliti lain ingin menyelidiki besarnya kesadaran masyarakat bagi orang-orang yang mendapatkan P4. Dalam hal ini maka nilai penataran P4 dan kesadaran masyarakat merupakan variabel penelitian. Baik nilai penataran P4 maupun kesadaran bermasyarakat dapat diukur, digambarkan dalam bentuk angka dan dikategorikan sebagai variabel interval. Dari kedua contoh penelitian ini, kita tahu bahwa kesamaannya, yaitu sama-sama melihat pengaruh sesuatu treatment, maka ada variabel yang mempengaruhi dan variabel akibat. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variable (X). Sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, variabel terikat atau dependent variable (Y).
Dalam penelitian I, susu merupakan variabel bebas dan berat badan merupakan variabel akibat. Sedangkan dalam penelitian II, nilai penataran P4 merupakan variabel bebas dan kesadaran bermasyarakat merupakan variabel terikat.
Dalam contoh dua penelitian di atas, susu dan penataran P4 sebagai independent variables merupakan variabel tunggal. Demikian pula berat badan dan kesadaran bermasyarakat, keduanya merupakan variabel tunggal. Sebagai contoh eksperimen yang lebih dari satu variabelnya adalah sebagai berikut:
Pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar murid.
Dalam hal ini variabel lingkungan belajar diartikan terdiri dari lingkungan belajar di rumah sebagai satu variabel atau sub-variabel dan lingkungan belajar di sekolah sebagai variabel (sub-variabel) lain. Barangkali kalau akan lebih teliti lagi kita dapat memperhatikan lingkungan belajar di masyarakat atau pergaulan sebagai variabel (sub-variabel) ketiga. Berikut ini adalah contoh eksperimen dengan variabel terikat lebih dari satu.[8]
Pengaruh frekuensi mengikuti praktikum terhadap kemampuan mengajar. Yang menjadi variabel terikat di dalam penelitian ini adalah kemampuan mengajar, yang nilainya diperinci atas: kemampuan membuat persiapan tertulis dan kemampuan mengajar di kelas. Jadi, secara terpisah ada dua variabel. Apabila dikehendaki lebih teliti, kemampuan mengajar di depan kelas dapat diperinci lagi menjadi kemampuan membuka pelajaran, mengajarkan materi dalam inti mengajar, menutup pelajaran, kemampuan menggunakan alat, kemampuan mengelola kelas, mengevaluasi murid dan sebagainya.
Pentingnya Memahami Variabel
Memahami variabel dan kemampuan menganalisis atau mengidentifikasi setiap variabel menjadi variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Memang mengidentifikasi variabel dan sub-variabel ini tidak mudah, karenanya membutuhkan kejelian dan kelincahan berpikir pelakunya.
Memecah-mecah variabel menjadi sub variabel ini juga disebut kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Kategori-kategori ini dapat diartikan sebagai indikator variabel. Dalam contoh kesadaran bermasyarakat, jika akan mengukur apakah seseorang cukup besar atau tidak kesadaran bermasyarakatnya, maka perlu dicari tanda-tandanya, indikatornya, bukti-buktinya.
Kategori, indikator, sub-variabel ini akan dijadikan pedoman dalam merumuskan hipotesis minor, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan kelanjutan langkah penelitian yang lain. Sedikitnya sub-variabel atau kategori, akan menghasilkan kesimpulan yang besar (jika variabelnya terlalu luas) dan sempit (jika variabelnya sedikit tapi kecil-kecil).[9]
Berhubung pentingnya kategorisasi variabel penelitian, maka berikut ini disajikan contoh penjabaran variabel dan dilengkapi dengan cara memperoleh datanya.
Contoh:
Sebuah penelitian dengan judul:
Pengaruh Kualitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Murid
Variabel bebas             : kualitas guru
Variabel terikat           : prestasi belajar murid
Yang ditulis di dalam tanda kurung adalah cara atau metode bagaimana data diperoleh.

Variabel bebas:
Kualitas guru
Variabel Terikat:
Prestasi belajar murid

1.    
2.    
3.    
4.    

5.    
6.    

7.    

8.    

9.    
10.     

11.     
12.     
Sub-Variabel
Pendidikan guru (dokumen)
Pengalaman mengajar (dokumen)
Banyaknya penataran (dokumen)
Usia (dokumen)

Minat menjadi guru (kuesioner kepada guru)
Penguasaan terhadap materi pelajaran (kuesioner murid)
Pendekatan/cara mengajar (observasi atau kuesioner murid)
Cara memilih alat dan cara menggunakannya (observasi dan kuesioner murid)
Hubungan guru-murid (kuesioner murid)
Pribadi guru (wawancara, kuesioner berbagai pihak)
Keluarga guru (kuesioner atau wawancara)
Cara memberi PR (kuesioner murid dan guru)
Dan sebagainya
Sub-Variabel
1.     Nilai harian dokumen)
2.     Nilai ulangan umum (dokumen)
3.     Nilai tugas-tugas (dokumen)
4.     Cara menjawab pertanyaan di kelas (observasi)
5.     Cara menyusun laporan (dokumen)
6.     Nilai ketelitian catatan (dokumen)

7.     Ketekunan, keuletan (observasi)

8.     Usaha (observasi), dan sebagainya

Pada waktu menentukan sub-variabel ini peneliti harus selalu sambil berpikir, bagaimana cara mengumpulkan datanya. Apabila hal ini tidak diperhatikan, maka dapat terjadi diketemukan variabelnya, kelihatannya menarik, tetapi mungkin tidak ada datanya.[10]
Misalnya: Perlakuan guru-gurunya, dalam tinjauan guru tersebut pada waktu ia sekolah.
Kesalahan yang sering terjadi pada waktu mengidentifikasikan sub-variabel adalah disebutnya sub-variabel akibat dari variabel terikat, misalnya: naik kelas; disebutnya penyebab variabel bebas. Misalnya cita-cita orang tua, sang guru (yang berpengaruh terhadap minat si guru menjadi guru)
Ada lagi kesalahan, yaitu variabel lain yang juga merupakan penyebab terpengaruhinya variabel terikat. Misalnya IQ siswa, lingkungan belajar, dan sebagainya. Variabel ini bukan variabel bagian dari guru tetapi mempengaruhi timbulnya kejadian pada variabel terikat. Variabel-variabel semacam ini disebut intervening variable, atau lebih gampangnya dipahami disebut variabel pengganggu, karena mengotori pengaruh guru terhadap prestasi belajar.
Tujuan kategorisasi variabel ini adalah agar peneliti memahami dengan jelas permasalahan yang sedang diteliti.

Memahami Variabel yang Bermakna
Bermanfaat atau tidaknya hasil penelitian dapat diketahui antara lain dari variabel yang ditentukan oleh peneliti. Tentang variabel penelitian ada dua hal yang diperhatikan, yaitu: sifat variabel dan status variabel.[11]
1.      Sifat Variabel
Ditinjau dari sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua, yaitu variabel statis dan variabel dinamis.
a.       Variabel statis, adalah variabel yang tidak dapat diubah keberadaannya, misalnya jenis kelamin, status sosial ekonomi, tempat tinggal, dan lain-lain. Andaikata, hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan akibat dari variabel-variabel tersebut, peneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk mengubah variabel dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat-ingat, kita sebut saja variabel tersebut sebagai “variabel tidak berdaya”
b.      Variabel dinamis, adalah variabel yang dapat diubah keberadaannya berupa pengubahan, peningkatan, atau penurunan. Contoh variabel dinamis adalah: kedisiplinan, motivasi kepedulian, pengaturan, dan sebagainya. Andaikata hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang merupakan akibat dari variabel-variabel tersebut, maka peneliti dapat mengubah atau mengusulkan untuk mengubahnya. Oleh karena itu, untuk mempermudah mengingat-ingat, kita sebut saja variabel ini dengan variabel terubah.
2.      Status Variabel
Dalam membicarakan status variabel ini kita perlu melihat satu variabel dalam hubungannya dengan variabel lain. Semua variabel mempunyai status penting, namun jika dibandingkan antara dua status di bawah ini, kita dapat menentukan mana yang lebih bermakna dalam penelitian.
a.       Kebiasaan hidup sehari-hari - - - - - - - - - > motivasi berprestasi.
b.      Motivasi berprestasi - - - - - - - - - - - - > etos kerja.
c.       Etos kerja - - - - - - - - - - - - - - > keberhasilan kerja.
Dalam setiap kaitan dua variabel yang disajikan di atas, variabel yang disebutkan pertama merupakan penyebab untuk variabel kedua. Variabel pertama berstatus sebagai sesuatu yang akan dilihat peranannya terhadap variabel yang disebutkan kedua.
Kemanfaatan peneliti selalu harus dilihat dari variabel pertama. Apa yang dapat dilakukan oleh peneliti, atau apa saja yang dapat disarankan oleh peneliti terhadap orang lain agar tampak bahwa kegiatan penelitian yang kita lakukan mempunyai manfaat yang cukup besar.

E.     Merumuskan Definisi Operasional Variabel-Variabel
Setelah variabel-variabel diidentifikasikan dan diklasifikasikan, maka variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Konsep yang dapat diamati atau diobservasi ini penting, karena hal yang dapat diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain.[12]
Tentang caranya menyusun definisi operasional itu bermacam-macam sekali. Namun, untuk memudahkan pembicara, cara yang bermacam-macam itu dapat dikelompokkan menjadi 3 macam:
1.      Yang menekankan kegiatan (operation) apa yang perlu dilakukan,
2.      Yang menekankan bagaimana kegiatan (operation) itu dilakukan,
3.      Yang menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan.
Untuk memudahkan pembicara, definisi-definisi itu berturut-turut di sini disebut definisi-definisi pola I, pola II dan pola III.
1)      Definisi Pola I, yaitu definisi yang disusun berdasarkan atas kegiatan-kegiatan (operations) yang harus dilakukan agar hal yang didefinisikan itu terjadi, contoh:
a.       Frustasi adalah keadaan yang timbul sebagai akibat tercegahnya pencapaian hal yang sangat diinginkan yang sudah hampir tercapai.
b.      Lapar adalah keadaan dalam individu yang timbul setelah dia tidak makan selama 24 jam.
c.       Garam meja adalah hasil kombinasi kimiawi antara sodium dan chlorine.
Definisi Pola I ini, yang menekankan operasi atau manipulasi apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan keadaan atau hal yang didefinisikan, terutama berguna untuk mendefinisikan variabel bebas.
2)      Definisi Pola II, yaitu definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu beroperasi. Contoh:
a.       Orang cerdas adalah orang yang tinggi kemampuannya dalam memecahkan masalah, tinggi kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan bilangan.
b.      Orang lapar adalah orang yang mulai menyantap makanannya kurang dari satu menit setelah makanann itu dihidangkan, dan menghabiskannya dalam waktu kurang dari 10 menit.
c.       Dosen yang otoriter adalah dosen yang menuntut mahasiswanya melakukan hal-hal tepat seperti yang digariskannya, suka memberi komando, dan mengutamakan hubungan formal dengan mahasiswanya.
3)      Definisi Pola III, yaitu definisi yang dibuat berdasar atas bagaimana hal yang didefinisikan itu nampaknya. Contoh:
a.       Mahasiswa yang cerdas adalah mahasisiwa yang mempunyai  ingatan baik, mempunai perbendaharaan kata luas, mempunyai kemampuan berpikir baik, mempunyai kemampuan berhitung baik.
b.      Ekstraversi adalah kecenderungan lebih suka ada dalam kelompok daripada seorang diri.
c.       Prestasi aritmetika adalah kompetensi dalam bidang aritmetika yang meliputi menambah, mengurangi, memperbanyakkan, membagi, menggunakan pecahan, menggunakan desimal.
Seringkali dalam membuat definisi operasional pola III ini peneliti menunjuk kepada alat yang digunakan untuk mengambil datanya.

Setelah definisi operasioanal variabel-variabel penelitian selesai dirumuskan, maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah dioperasionalisasikan. Jadi peneliti telah menyusun prediksi tentang kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasioanl, dan siap diuji melalui data empiris.[13]


[1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 38.
[2] Ibid.
[3] http://hidaylaela.blogspot.com/2013/05/metodologi-penelitian-pendidikan.html diakses pada Sabtu, 20 September 2014 pukul 16.04 WIB.
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm. 159.
[5] Sugyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.  4.
[6] Suharsimi, Penelitian . . . , hlm. 161.
[7] Ibid, hlm. 162.
[8] Ibid.
[9] Ibid, hlm. 164.
[10] Ibid, hlm. 166.
[11] Ibid.
[12] Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm.  83.
[13] Ibid, 85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design by W-Blog