Sabtu, 25 Agustus 2018

Pendidikan Profetis


Ahad, 6 Nopember 2016 telah diselenggarakan sebuah acara di Lembaga Pendidikan Islam Al-Azhar Tulungagung. Dari banner yang terpampang di panggung sederhana dapat dilihat secara jelas bahwa acara tersebut adalah “Halaqah Ilmiah Tarbiyah Nabawiyah” yang artinya kurang lebih seminar ilmiah tentang pendidikan para Nabi. Hal yang menarik adalah pematerinya seorang Habib dari Yaman, Habib Abdullah bin Abdul Al-Hasby. Beliau menyampaikan materi dalam bahasa Arab, yang kemudian diterjemahkan oleh Habib Sholeh dari Solo.

Apa sih tarbiyah nabawiyah itu? Ia adalah pendidikan yang disandarkan pada Nabi atau dengan kata lain pendidikan yang sistem atau caranya mencontoh Nabi ketika mendidik umatnya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang paling berpengaruh pada peradaban. Sebuah hadits menyatakan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak. Berbicara tentang pendidikan selalu berkaitan dengan akhlak, karena salah satu tujuan pendidikan adalah terwujudnya akhlak atau moral yang baik dalam diri peserta didik.

Beberapa hal yang disampaikan oleh pemateri di antaranya:

Nabi diutus ketika masyarakat dalam keadaaan jahiliyyah, di mana manusia dikuasai dengan kehidupan hewaniyah. Mereka menyembah apa yang ia makan dan membunuh apa yang dilahirkan (mereka membunuh bayi yang terlahir perempuan), serta merendahkan orang miskin dan perempuan. Ini lah alasan sifat mereka disebut seperti binatang buas.

Sebuah hadits tentang pendidikan mengatakan yang isinya, “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka lingkungan lah yang mempengaruhi mereka, membuat mereka jahat atau baik”. Maka kehadiran Nabi saat itu tidak lain hanyalah merubah masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang beradab. Dan untuk mewujudkan tujuan tersebut tidaklah mudah, mengingat kehidupan mereka tidak beda dengan kehidupan hewan. Maka diperlukan pendidik yang ekstra sabar untuk menghadapi mereka.

Nabi Muhammad dibelah dadanya, diambil hatinya, dan disucikan dengan air zamzam, ini bertujuan agar Nabi sabar dalam menghadapi mereka sehingga berhasil men-tarbiyah orang-orang Jahiliyyah tersebut. Melihat kesuksesan Rasulullah merubah zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang ini, maka sangat baik jika pendidik mencontok pendidik termulia tersebut. Mengenai hal tersebut, Habib Abdullah menjelaskan bahwa sifat yang harus dimiliki guru yaitu:


  1. Luasnya hati (sabar). Karena dengan kesabaran, guru mampu menghadapi murid-murid uniknya. Jika guru tidak punya kesabarandalam menghadapi kenakalan muridnya, maka dia harus berdoa agar diberi kesabaran.
  2. Sifat kasih sayang. Nabi Muhammad memiliki sifat kasih sayang yang sangat luar biasa, sehingga guru wajib memiliki sifat ini agar selalu mengasihi dan menyayangi setiap muridnya.
  3. Tenang, tentram, dan bersahaja. Ini bukan berarti tenangnya patung. Rasulullah pun juga pernah marah, namun marahnya adalah marah yang tepat pada waktunya.
  4. Merendahkan diri kepada Allah, artinya tidak boleh ada sifat sombong pada diri guru. Guru harus memperbanyak doa untuk memperbaiki diri dan muridnya dengan wirid dan al-Quran. Jika suatu saat ditemukan kehebatan pada santri atau pun hal yang lain, maka guru tidak boleh menisbatkan hal tersebut karena dirinya, melainkan guru harus menyadari bahwa semua itu atas pertolongan Allah.

Itulah beberapa akhlak mulia yang ada pada Rasulullah. Mengenai akhlak Nabi, ada sahabat bertanya kepada Aisyah r.a, “Bagaimana akhlak Rasulullah itu?” Aisyah pun menjawab, “akhlak Rasulullah adalah al-Quran”. Maka tidak salah jika Rasulullah disebut al-Quran berjalan. Mengenai Rasulullah, pendidik, dan Al-Quran, saya jadi teringat kalimat sederhana namun luar biasa di dalam novel karangan seorang novelis no. 1 Indonesia:

Al-Quran adalah tuntunan terbaik untuk para pendidik

Mungkin itulah kalimat sederhana dari Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) yang bisa untuk bahan renungan bagi para pendidik.

Like Me :)

Pendidikan Profetis


Ahad, 6 Nopember 2016 telah diselenggarakan sebuah acara di Lembaga Pendidikan Islam Al-Azhar Tulungagung. Dari banner yang terpampang di panggung sederhana dapat dilihat secara jelas bahwa acara tersebut adalah “Halaqah Ilmiah Tarbiyah Nabawiyah” yang artinya kurang lebih seminar ilmiah tentang pendidikan para Nabi. Hal yang menarik adalah pematerinya seorang Habib dari Yaman, Habib Abdullah bin Abdul Al-Hasby. Beliau menyampaikan materi dalam bahasa Arab, yang kemudian diterjemahkan oleh Habib Sholeh dari Solo.

Apa sih tarbiyah nabawiyah itu? Ia adalah pendidikan yang disandarkan pada Nabi atau dengan kata lain pendidikan yang sistem atau caranya mencontoh Nabi ketika mendidik umatnya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang paling berpengaruh pada peradaban. Sebuah hadits menyatakan bahwa Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak. Berbicara tentang pendidikan selalu berkaitan dengan akhlak, karena salah satu tujuan pendidikan adalah terwujudnya akhlak atau moral yang baik dalam diri peserta didik.

Beberapa hal yang disampaikan oleh pemateri di antaranya:

Nabi diutus ketika masyarakat dalam keadaaan jahiliyyah, di mana manusia dikuasai dengan kehidupan hewaniyah. Mereka menyembah apa yang ia makan dan membunuh apa yang dilahirkan (mereka membunuh bayi yang terlahir perempuan), serta merendahkan orang miskin dan perempuan. Ini lah alasan sifat mereka disebut seperti binatang buas.

Sebuah hadits tentang pendidikan mengatakan yang isinya, “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka lingkungan lah yang mempengaruhi mereka, membuat mereka jahat atau baik”. Maka kehadiran Nabi saat itu tidak lain hanyalah merubah masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang beradab. Dan untuk mewujudkan tujuan tersebut tidaklah mudah, mengingat kehidupan mereka tidak beda dengan kehidupan hewan. Maka diperlukan pendidik yang ekstra sabar untuk menghadapi mereka.

Nabi Muhammad dibelah dadanya, diambil hatinya, dan disucikan dengan air zamzam, ini bertujuan agar Nabi sabar dalam menghadapi mereka sehingga berhasil men-tarbiyah orang-orang Jahiliyyah tersebut. Melihat kesuksesan Rasulullah merubah zaman kegelapan menjadi zaman terang benderang ini, maka sangat baik jika pendidik mencontok pendidik termulia tersebut. Mengenai hal tersebut, Habib Abdullah menjelaskan bahwa sifat yang harus dimiliki guru yaitu:


  1. Luasnya hati (sabar). Karena dengan kesabaran, guru mampu menghadapi murid-murid uniknya. Jika guru tidak punya kesabarandalam menghadapi kenakalan muridnya, maka dia harus berdoa agar diberi kesabaran.
  2. Sifat kasih sayang. Nabi Muhammad memiliki sifat kasih sayang yang sangat luar biasa, sehingga guru wajib memiliki sifat ini agar selalu mengasihi dan menyayangi setiap muridnya.
  3. Tenang, tentram, dan bersahaja. Ini bukan berarti tenangnya patung. Rasulullah pun juga pernah marah, namun marahnya adalah marah yang tepat pada waktunya.
  4. Merendahkan diri kepada Allah, artinya tidak boleh ada sifat sombong pada diri guru. Guru harus memperbanyak doa untuk memperbaiki diri dan muridnya dengan wirid dan al-Quran. Jika suatu saat ditemukan kehebatan pada santri atau pun hal yang lain, maka guru tidak boleh menisbatkan hal tersebut karena dirinya, melainkan guru harus menyadari bahwa semua itu atas pertolongan Allah.

Itulah beberapa akhlak mulia yang ada pada Rasulullah. Mengenai akhlak Nabi, ada sahabat bertanya kepada Aisyah r.a, “Bagaimana akhlak Rasulullah itu?” Aisyah pun menjawab, “akhlak Rasulullah adalah al-Quran”. Maka tidak salah jika Rasulullah disebut al-Quran berjalan. Mengenai Rasulullah, pendidik, dan Al-Quran, saya jadi teringat kalimat sederhana namun luar biasa di dalam novel karangan seorang novelis no. 1 Indonesia:

Al-Quran adalah tuntunan terbaik untuk para pendidik

Mungkin itulah kalimat sederhana dari Kang Abik (Habiburrahman El Shirazy) yang bisa untuk bahan renungan bagi para pendidik.
Blog Design by W-Blog