Kamis, 17 Juli 2014

Pahala Puasa Hilang, Hanya Lapar yang Didapat



Bulan penuh berkah telah berada di sekeliling kita, masjid dan musholla yang biasanya hanya disinggahi beberapa orang, di bulan ini mereka dipenuhi banyak orang. Setiap pagi, siang, sore, dan malam pun selalu terdengar lantunan ayat suci al-Qur’an, tidak seperti bulan-bulan biasanya yang hanya terdengar pada hari-hari tertentu saja.
Ramadhan, bulan yang hanya sekali dalam setahun ini selalu dinanti-nantikan banyak orang. Lalu, sebenarnya apa yang mereka nanti-nantikan? Ibadah yang akan dilipatgandakan? Cepet hari raya dan punya baju baru? Sekolah yang hanya sebentar? Waktu tidur yang banyak? Permainan mercon? Atau munculnya aneka macam makanan? Semoga, kita semua bisa menata niat kita dengan baik sehingga kita bisa merindukan Ramadhan, rindu pada keberkahan dan kemuliaan Ramadhan, serta bisa beramal dengan penuh keikhlasan. Karena Rasulullah bersabda dalam hadits, “Barang siapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya disentuh api neraka.”
Ada banyak keutamaan-keutamaan di bulan yang penuh keutamaan ini, semua ibadah dilipatgandakan, ibadah sunnah dinilai ibadah wajib, adanya malam lailatul qadar yang mana malam yang lebih baik dari seribu bulan, syaiton-syaiton dibelenggu, pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup, nafas terhitung dzikir, bahkan tidurpun bernilai ibadah.
 Lantas, apa yang membuat kita tetap melakukan maksiat sesudah tahu betapa hebatnya beramal di bulan puasa ini? Kita, dengan semangatnya menggunjing tetangga, teman di manapun dan dengan siapapun kita berada. Kita, dengan santainya mengeluarkan kata-kata kotor. Mereka, dengan senangnya korupsi. Kita, dengan mudahnya membiarkan diri marah-marah, entah kepada adik, teman, ataupun orang tua. Naa’udzubillah. Bukankah seharusnya kita membuang sejauh-jauhnya perbuatan tesebut? Bukankah seharusnya kita sadar bahwa kita sedang puasa? Atau mungkin kita melupakan hadits Rasulullah ini? “Bukanlah puasa itu sekedar menahan dari makan dan minum”. [Shahih, HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim]. Lalu apakah kita mau hanya mendapatkan lapar di bulan Ramadhan ini?
Sejenak mari kita intip penuturan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, beliau menerangkan bahwasannya seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang mencacat puasanya. Bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat. Demikian pula amalannya, amalannya bagai bau harum yang dicium oleh seorang yang berteman dengan pembawa minyak wangi misk, semacam itu pula orang yang berteman dengan orang yang berpuasa, ia mendapatkan manfaat dengan bermajlis (duduk) bersamanya, aman dari kepalsuan, kedustaan, kejahatan dan kezhalimannya. Inilah puasa yang disyariatkan, bukan sekedar menahan dari makan dan minum.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwasannya puasa tidak cukup hanya menahan diri dari apa yang membatalkan puasa, tapi juga harus menahan diri dari apa yang membatalkan pahala puasa. Diterangkan dalam hadits, ada lima hal yang bisa merusak pahala puasa, yaitu ucapan dusta, ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat. Dan ketika perbuatan-perbuatan tersebut masih juga eksis di bulan Ramadhan, maka jangan salahkan kutipan yang berbunyi, “Di bulan puasa banyak orang yang lapar tapi sedikit sekali orang yang berpuasa”.
Karena itu, marilah kita berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut,  agar pahala puasa tidak berkurang atau batal. Semoga puasa kita menjadi berkah dan selalu mendapat ridho Allah SWT.

2 komentar:

  1. Nice post. Ini sangat bermanfaat sekali.

    Btw, sekadar tambahan tentang keutamaan puasa:

    للصائم فرحتان فرحة عند الفطر و فرحة عند لقاء ربه في الجنة

    Orang yang berpuasa punya dua kebahagiaan (yang tak dipunyai oleh orang yang tak berpuasa), yaitu bahagia saat berbuka dan bahagia saat berjumpa Tuhannya di surga kelak.

    :)

    BalasHapus
  2. meski kita tidak tau apakah puasa kita diterima oleh allah atau tidak yang penting sudah berusaha mengamalkannya sesuai sunnah dan ikhlas ^^

    BalasHapus

Like Me :)

Pahala Puasa Hilang, Hanya Lapar yang Didapat



Bulan penuh berkah telah berada di sekeliling kita, masjid dan musholla yang biasanya hanya disinggahi beberapa orang, di bulan ini mereka dipenuhi banyak orang. Setiap pagi, siang, sore, dan malam pun selalu terdengar lantunan ayat suci al-Qur’an, tidak seperti bulan-bulan biasanya yang hanya terdengar pada hari-hari tertentu saja.
Ramadhan, bulan yang hanya sekali dalam setahun ini selalu dinanti-nantikan banyak orang. Lalu, sebenarnya apa yang mereka nanti-nantikan? Ibadah yang akan dilipatgandakan? Cepet hari raya dan punya baju baru? Sekolah yang hanya sebentar? Waktu tidur yang banyak? Permainan mercon? Atau munculnya aneka macam makanan? Semoga, kita semua bisa menata niat kita dengan baik sehingga kita bisa merindukan Ramadhan, rindu pada keberkahan dan kemuliaan Ramadhan, serta bisa beramal dengan penuh keikhlasan. Karena Rasulullah bersabda dalam hadits, “Barang siapa yang merasa gembira dengan datangnya bulan Ramadhan, maka Allah mengharamkan jasadnya disentuh api neraka.”
Ada banyak keutamaan-keutamaan di bulan yang penuh keutamaan ini, semua ibadah dilipatgandakan, ibadah sunnah dinilai ibadah wajib, adanya malam lailatul qadar yang mana malam yang lebih baik dari seribu bulan, syaiton-syaiton dibelenggu, pintu surga dibuka lebar-lebar, pintu neraka ditutup, nafas terhitung dzikir, bahkan tidurpun bernilai ibadah.
 Lantas, apa yang membuat kita tetap melakukan maksiat sesudah tahu betapa hebatnya beramal di bulan puasa ini? Kita, dengan semangatnya menggunjing tetangga, teman di manapun dan dengan siapapun kita berada. Kita, dengan santainya mengeluarkan kata-kata kotor. Mereka, dengan senangnya korupsi. Kita, dengan mudahnya membiarkan diri marah-marah, entah kepada adik, teman, ataupun orang tua. Naa’udzubillah. Bukankah seharusnya kita membuang sejauh-jauhnya perbuatan tesebut? Bukankah seharusnya kita sadar bahwa kita sedang puasa? Atau mungkin kita melupakan hadits Rasulullah ini? “Bukanlah puasa itu sekedar menahan dari makan dan minum”. [Shahih, HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim]. Lalu apakah kita mau hanya mendapatkan lapar di bulan Ramadhan ini?
Sejenak mari kita intip penuturan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah, beliau menerangkan bahwasannya seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang mencacat puasanya. Bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat. Demikian pula amalannya, amalannya bagai bau harum yang dicium oleh seorang yang berteman dengan pembawa minyak wangi misk, semacam itu pula orang yang berteman dengan orang yang berpuasa, ia mendapatkan manfaat dengan bermajlis (duduk) bersamanya, aman dari kepalsuan, kedustaan, kejahatan dan kezhalimannya. Inilah puasa yang disyariatkan, bukan sekedar menahan dari makan dan minum.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwasannya puasa tidak cukup hanya menahan diri dari apa yang membatalkan puasa, tapi juga harus menahan diri dari apa yang membatalkan pahala puasa. Diterangkan dalam hadits, ada lima hal yang bisa merusak pahala puasa, yaitu ucapan dusta, ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), sumpah palsu, dan melihat dengan syahwat. Dan ketika perbuatan-perbuatan tersebut masih juga eksis di bulan Ramadhan, maka jangan salahkan kutipan yang berbunyi, “Di bulan puasa banyak orang yang lapar tapi sedikit sekali orang yang berpuasa”.
Karena itu, marilah kita berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan tersebut,  agar pahala puasa tidak berkurang atau batal. Semoga puasa kita menjadi berkah dan selalu mendapat ridho Allah SWT.

2 komentar:

  1. Nice post. Ini sangat bermanfaat sekali.

    Btw, sekadar tambahan tentang keutamaan puasa:

    للصائم فرحتان فرحة عند الفطر و فرحة عند لقاء ربه في الجنة

    Orang yang berpuasa punya dua kebahagiaan (yang tak dipunyai oleh orang yang tak berpuasa), yaitu bahagia saat berbuka dan bahagia saat berjumpa Tuhannya di surga kelak.

    :)

    BalasHapus
  2. meski kita tidak tau apakah puasa kita diterima oleh allah atau tidak yang penting sudah berusaha mengamalkannya sesuai sunnah dan ikhlas ^^

    BalasHapus

Blog Design by W-Blog