Senin, 27 November 2017

Bedah Buku Islam Tuhan Islam Manusia

Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 Oktober 2017 di aula utama IAIN Tulungagung dengan penulis buku Dr. Haidar Bagir, Akhol Firdaus, M.Pd sebagai moderator, dan Dr. Abad Badruzaman sebagai pembanding.

Bedah Buku Islam Tuhan Islam Manusia

Islam adalah agama kedamaian. Ajarannya memerintahkan umat untuk selalu menebar kasih sayang di manapun dan kepada siapa pun baik manusia ataupun alam raya ini. Dalam kitab al-Quran, kita menemukan bahwa Islam melarang umat membuat kerusakan di muka bumi ini. Namun masalah yang kita lihat saat ini adalah tercerai berainya para muslim, bukan hanya dengan non muslim, tetapi juga dengan muslim itu sendiri. Hanya karena berbeda pemikiran bisa menimbulkan perpecahan, ironis bukan?

Keadaan umat Islam yang menyesakkan itulah yang kemudian menggerakkan Dr. Haidar Baqir untuk menulis buku yang kemudian diberi judul Islam Tuhan Islam Manusia. Dalam acara bedah buku tersebut, Beliau berujar, “Semua sepakat bahwa Islam adalah agama dari Allah. Pertanyannya, apakah Islam yang sudah sampai kepada manusia masih sama seperti Islam  yang diturunkan Allah?” Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh penulis sendiri. bahwasanya Islam yang sampai pada  manusia tidaklah sama dengan Islam yang diturunkan Allah, karena ketika Islam sampai manusia, pastilah Islam itu sudah ditafsirkan oleh manusia sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman manusianya.

Sebagai contoh adalah suatu saat ada seorang suami yang bersumpah tidak akan menggauli istrinya selama satu xxxx (Ini bukan sensor, namun saya ragu menuliskannya karena kurang fokusnya perhatian saya :D). Lalu dia pun mendatangi empat khalifah secara berganti dan menanyakan seberapa lamanya satu xxxx tersebut. Abu Bakar menjawab bahwa satu xxxx adalah seumur hidup, Umar bin Khattab menjawab 40 tahun, Usman satu tahun, dan Ali menjawab hanya satu hari. Mereka semua menjawab hal tersebut tidak sembarangan, melainkan berdasarkan dalil naqli (sayangnya, karena keterbatasan waktu,  beliau tidak menunjukkan surat dan ayat berapa yang mereka pakai untuk menetapkan hukum tersebut).

Jadi menurut penulis, Islam yang sampai manusia adalah Islam hanya secuil-cuil di mana kebenarannya adalah relatif. Lantas bagaimana agar kita mengetahui Islam yang utuh atau Islam Tuhan? Yaitu dengan mengambil cuilan-cuilan itu dari banyak orang. Rasulullah bersabda, “Ambillah hikmah walau itu keluar dari lisan munafiq”. Jika ini yang kita lakukan, tentu kita tidak akan langsung mengkafirkan orang-orang yang mungkin tidak sependapat dengan kita.

Ada mutiara kata dari Ali Syariati yang mungkin bisa kita renungkan, “Lebih baik menyibukkan diri dengan amal yang memasukkan ke surga dari pada menandai siapa saja yang layak masuk neraka”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Me :)

Bedah Buku Islam Tuhan Islam Manusia

Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 Oktober 2017 di aula utama IAIN Tulungagung dengan penulis buku Dr. Haidar Bagir, Akhol Firdaus, M.Pd sebagai moderator, dan Dr. Abad Badruzaman sebagai pembanding.

Bedah Buku Islam Tuhan Islam Manusia

Islam adalah agama kedamaian. Ajarannya memerintahkan umat untuk selalu menebar kasih sayang di manapun dan kepada siapa pun baik manusia ataupun alam raya ini. Dalam kitab al-Quran, kita menemukan bahwa Islam melarang umat membuat kerusakan di muka bumi ini. Namun masalah yang kita lihat saat ini adalah tercerai berainya para muslim, bukan hanya dengan non muslim, tetapi juga dengan muslim itu sendiri. Hanya karena berbeda pemikiran bisa menimbulkan perpecahan, ironis bukan?

Keadaan umat Islam yang menyesakkan itulah yang kemudian menggerakkan Dr. Haidar Baqir untuk menulis buku yang kemudian diberi judul Islam Tuhan Islam Manusia. Dalam acara bedah buku tersebut, Beliau berujar, “Semua sepakat bahwa Islam adalah agama dari Allah. Pertanyannya, apakah Islam yang sudah sampai kepada manusia masih sama seperti Islam  yang diturunkan Allah?” Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh penulis sendiri. bahwasanya Islam yang sampai pada  manusia tidaklah sama dengan Islam yang diturunkan Allah, karena ketika Islam sampai manusia, pastilah Islam itu sudah ditafsirkan oleh manusia sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman manusianya.

Sebagai contoh adalah suatu saat ada seorang suami yang bersumpah tidak akan menggauli istrinya selama satu xxxx (Ini bukan sensor, namun saya ragu menuliskannya karena kurang fokusnya perhatian saya :D). Lalu dia pun mendatangi empat khalifah secara berganti dan menanyakan seberapa lamanya satu xxxx tersebut. Abu Bakar menjawab bahwa satu xxxx adalah seumur hidup, Umar bin Khattab menjawab 40 tahun, Usman satu tahun, dan Ali menjawab hanya satu hari. Mereka semua menjawab hal tersebut tidak sembarangan, melainkan berdasarkan dalil naqli (sayangnya, karena keterbatasan waktu,  beliau tidak menunjukkan surat dan ayat berapa yang mereka pakai untuk menetapkan hukum tersebut).

Jadi menurut penulis, Islam yang sampai manusia adalah Islam hanya secuil-cuil di mana kebenarannya adalah relatif. Lantas bagaimana agar kita mengetahui Islam yang utuh atau Islam Tuhan? Yaitu dengan mengambil cuilan-cuilan itu dari banyak orang. Rasulullah bersabda, “Ambillah hikmah walau itu keluar dari lisan munafiq”. Jika ini yang kita lakukan, tentu kita tidak akan langsung mengkafirkan orang-orang yang mungkin tidak sependapat dengan kita.

Ada mutiara kata dari Ali Syariati yang mungkin bisa kita renungkan, “Lebih baik menyibukkan diri dengan amal yang memasukkan ke surga dari pada menandai siapa saja yang layak masuk neraka”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design by W-Blog