Jumat, 01 Desember 2017

Orang yang Dirugikan HandPhone



Smart phone, adalah sebuah benda yang dimanapun kita berada pasti melihatnya bersama dengan pemiliknya. Dulu, orang yang mampu membeli dan mengoperasikannya hanyalah orang-orang yang terogolong ekonominya di atas atau orang-orang di kalangan bos. Sekarang, jangan tanya lagi. Semua manusia, dari anak-anak yang belum paud sampai orang dewasa bisa mempunyai, membawa dan mengoperasikannya.

Alat Komunikasi
Jika ditanya, apa sih manfaatnya smart phone? Semua akan menyebutkannya (kecuali anak yang belum PAUD) :) sesuai dengan manfaat apa yang mereka peroleh. Hal yang pasti mereka ucapkan adalah untuk mempermudah berkomunikasi. Fungsi yang satu ini memang akan selalu ada di manapun dan bagaimanapun bentuk ponselnya. Karena memang tujuan inilah benda canggih itu diciptakan. Dan seiring perkembangan zaman, hingga menjadi zaman NOW, benda kecil itu bisa melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia di zaman NOW khususnya.


Benda itu bisa memberikan informasi dari belahan benua manapun dengan cepat tentunya. Bisa menjadi toko untuk berjualan tanpa pemiliknya harus membeli semen, pasir, kayu untuk membangunnya. Bisa menjadi perpustakaan dengan beribu koleksi buku tanpa mengharuskan kutu buku membelinya jika akan membacanya. Bisa menjadi televisi tanpa penontonnya menyediakan antena terlebih dahulu. Bisa sebagai hiburan hati manusia zaman NOW yang lagi galau, dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapat, tergantung bagaimana manusia mampu memanfaatkan secara maksimal kecanggihannya.
Meski dia mampu menebar manfaat kepada banyak manusia, namun dia tetaplah benda buatan manusia yang tidak sempurna, yang juga bisa merugikan yang lainnya.
“Kira-kira siapa manusia yang paling dirugikan oleh adanya HP ?” tanya Pak Dosen suatu hari. Entahlah pada saat itu membicarakan tentang apa hingga muncul pertanyaan itu, aku lupa.
Pertanyaan itu membuat saya berpikir sejenak. Anak-anak lah yang paling dirugikan, karena dengan bermain HP, waktu belajar mereka berkurang. Seingat saya, teman-teman pun juga melontarkan jawaban itu, anak-anak lah yang dirugikan. Belum lagi, kalau kontrol dari orang tuanya kurang, mereka menjadi membuka hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lihat.
Namun Pak Dosen mengatakan “tidak” pada jawaban itu dengan gelengan kepalanya. Beliaupun mengeluarkan kunci jawabannya, “Tukang Becak lah yang sangat dirugikan atas munculnya HP”.
Kok bisa?
“Kalian bisa mengamati, mungkin ini juga terjadi pada diri kalian. Saat kalian bepergian, katakanlah ke rumah saudara dengan naik bus. Apa yang akan kalian lakukan saat kalian hendak sampai ke tempat tujuan? Pasti kalian akan menghubungi saudara kalian, memberi kabar bahwa kalian hampir sampai, sehingga saudara kalian bisa bersiap-siap untuk menjemput kalian”.
Benar sekali.
“Ketika tidak ada HP, kalian tidak akan bisa melakukan hal tersebut. Yang bisa kalian lakukan adalah menunggu bus berhenti untuk kemudian kalian turun dan mencari tukang becak untuk mengantarkan kalian sampai di rumah saudara kalian. Kalau sekarang? Yang sering terjadi adalah para tukang becak banyak yang ditolak tawarannya karena orang-orang yang turun dari bus itu sudah dijemput oleh orang-orang yang telah dihubunginya. Peristiwa ini membuat mereka tidak bisa atau sedikit mendapatkan pendapatan”.
Begitulah penjelasan dari dosen yang saat itu mengajar mata kuliah Filsafat Ilmu. Jika mengamati penjelasan itu, mungkin saja kita berkomentar “Rezeki sudah ada yang mengatur, dan tidak akan tertukar” (Komentarnya sama kaya statusnya para penjual online untuk memotivasi dirinya ya, pengalaman penulis heheheh). Hal itu benar, namun bertolak dari hal itu, ada nasihat lain yang beliau sampaikan dari penjelasannya. Ini terjawab saat beliau mengakhiri penjelasannya dengan kalimat “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membantu mereka?”

Suasana Perkuliahan Pascasarjana
Subhanallah, semoga nasihat ini selalu kami ingat sampai kapanpun, Ustadz. Terima kasih atas nasihat yang telah disampaikan. Tukang becak yang engkau contohkan itu adalah satu contoh dari banyak gambaran orang-orang yang mengingatkan dan menyadarkan kami bahwa berbagi adalah hal yang diajarkan dalam Islam. Salah satu ayat dalam Al Quran menyatakan “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar” (QS al-Hadiid 7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Me :)

Orang yang Dirugikan HandPhone



Smart phone, adalah sebuah benda yang dimanapun kita berada pasti melihatnya bersama dengan pemiliknya. Dulu, orang yang mampu membeli dan mengoperasikannya hanyalah orang-orang yang terogolong ekonominya di atas atau orang-orang di kalangan bos. Sekarang, jangan tanya lagi. Semua manusia, dari anak-anak yang belum paud sampai orang dewasa bisa mempunyai, membawa dan mengoperasikannya.

Alat Komunikasi
Jika ditanya, apa sih manfaatnya smart phone? Semua akan menyebutkannya (kecuali anak yang belum PAUD) :) sesuai dengan manfaat apa yang mereka peroleh. Hal yang pasti mereka ucapkan adalah untuk mempermudah berkomunikasi. Fungsi yang satu ini memang akan selalu ada di manapun dan bagaimanapun bentuk ponselnya. Karena memang tujuan inilah benda canggih itu diciptakan. Dan seiring perkembangan zaman, hingga menjadi zaman NOW, benda kecil itu bisa melakukan apa saja untuk memenuhi kebutuhan manusia, manusia di zaman NOW khususnya.


Benda itu bisa memberikan informasi dari belahan benua manapun dengan cepat tentunya. Bisa menjadi toko untuk berjualan tanpa pemiliknya harus membeli semen, pasir, kayu untuk membangunnya. Bisa menjadi perpustakaan dengan beribu koleksi buku tanpa mengharuskan kutu buku membelinya jika akan membacanya. Bisa menjadi televisi tanpa penontonnya menyediakan antena terlebih dahulu. Bisa sebagai hiburan hati manusia zaman NOW yang lagi galau, dan masih banyak lagi manfaat yang bisa didapat, tergantung bagaimana manusia mampu memanfaatkan secara maksimal kecanggihannya.
Meski dia mampu menebar manfaat kepada banyak manusia, namun dia tetaplah benda buatan manusia yang tidak sempurna, yang juga bisa merugikan yang lainnya.
“Kira-kira siapa manusia yang paling dirugikan oleh adanya HP ?” tanya Pak Dosen suatu hari. Entahlah pada saat itu membicarakan tentang apa hingga muncul pertanyaan itu, aku lupa.
Pertanyaan itu membuat saya berpikir sejenak. Anak-anak lah yang paling dirugikan, karena dengan bermain HP, waktu belajar mereka berkurang. Seingat saya, teman-teman pun juga melontarkan jawaban itu, anak-anak lah yang dirugikan. Belum lagi, kalau kontrol dari orang tuanya kurang, mereka menjadi membuka hal-hal yang tidak sepatutnya mereka lihat.
Namun Pak Dosen mengatakan “tidak” pada jawaban itu dengan gelengan kepalanya. Beliaupun mengeluarkan kunci jawabannya, “Tukang Becak lah yang sangat dirugikan atas munculnya HP”.
Kok bisa?
“Kalian bisa mengamati, mungkin ini juga terjadi pada diri kalian. Saat kalian bepergian, katakanlah ke rumah saudara dengan naik bus. Apa yang akan kalian lakukan saat kalian hendak sampai ke tempat tujuan? Pasti kalian akan menghubungi saudara kalian, memberi kabar bahwa kalian hampir sampai, sehingga saudara kalian bisa bersiap-siap untuk menjemput kalian”.
Benar sekali.
“Ketika tidak ada HP, kalian tidak akan bisa melakukan hal tersebut. Yang bisa kalian lakukan adalah menunggu bus berhenti untuk kemudian kalian turun dan mencari tukang becak untuk mengantarkan kalian sampai di rumah saudara kalian. Kalau sekarang? Yang sering terjadi adalah para tukang becak banyak yang ditolak tawarannya karena orang-orang yang turun dari bus itu sudah dijemput oleh orang-orang yang telah dihubunginya. Peristiwa ini membuat mereka tidak bisa atau sedikit mendapatkan pendapatan”.
Begitulah penjelasan dari dosen yang saat itu mengajar mata kuliah Filsafat Ilmu. Jika mengamati penjelasan itu, mungkin saja kita berkomentar “Rezeki sudah ada yang mengatur, dan tidak akan tertukar” (Komentarnya sama kaya statusnya para penjual online untuk memotivasi dirinya ya, pengalaman penulis heheheh). Hal itu benar, namun bertolak dari hal itu, ada nasihat lain yang beliau sampaikan dari penjelasannya. Ini terjawab saat beliau mengakhiri penjelasannya dengan kalimat “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan membantu mereka?”

Suasana Perkuliahan Pascasarjana
Subhanallah, semoga nasihat ini selalu kami ingat sampai kapanpun, Ustadz. Terima kasih atas nasihat yang telah disampaikan. Tukang becak yang engkau contohkan itu adalah satu contoh dari banyak gambaran orang-orang yang mengingatkan dan menyadarkan kami bahwa berbagi adalah hal yang diajarkan dalam Islam. Salah satu ayat dalam Al Quran menyatakan “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar” (QS al-Hadiid 7).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design by W-Blog