Selasa, 02 Februari 2016

"Museum Angkut Batu" Serasa Keliling Dunia

28 Januari 2015, kurang lebih satu tahun yang lalu, aku bersama keempat temanku (Hima, Imro’, Hamida, dan Ina) telah berhasil menginjakkan kaki di Museum Angkut Batu setelah beberapa hari memikirkan dan sangat berharap bisa narsis di sini. Museum angkut adalah salah satu kunjungan wisata di kota Batu Malang tepatnya di Jl. Terusan Sultan Agung No. 2 Kota Wisata Batu – Jawa Timur. Jam buka tempat wisata ini di siang hari pukul 12.00 hingga 20.00 WIB.

Menginjakkan kaki di Museum Angkut

Kami berangkat dari Tulungagung pada Selasa, 27 Januari 2015 pukul 08.30 dan diantar oleh masinis. Stasiun demi stasiun telah mengizinkan kereta kami beristirahat sejenak, hingga akhirnya kami sampai di stasiun Malang pada pukul 12.30 WIB. Sebelum menuju rumah penginapan (yang akan aku tulis setelah post ini) dan sambil menunggu munculnya awak angkutan, kami bernarsis dulu di dekat Singo Edannya Arema.




Singo Edan Arema
Setelah menemukan angkutan yang bisa mengantakan kami ke rumah penginapan, kami pun segera memasukinya – setelah tawar menawar mengenai ongkos. Kurang lebih 2 jam kami pun bisa beristirahat di rumah Budhenya Hamida. Di sinilah kami mulai galau memikirkan bagaimana bisa menuju Museum Angkut, melihat jadwal angkutan dan jam buka Museum Angkut sepertinya tidak kompak. Dari pemikiran beberapa kepala, akhirnya kami sepakat untuk berangkat pada pagi hari pukul 09.00 tetap dengan jasa angkutan.
Dari rumah Budhe Mut, kami harus berganti satu kali angkutan untuk sampai ke tempat narsis paling asyik itu. Setelah naik dua angkutan, kamipun sampai di bumi Museum Angkut pukul 11.00 WIB, masih terlalu pagi bukan? Ini mungkin saking ke-semangaten. :D Menunggu terbukanya loket Museum Angkut, kami pun menghabiskan waktu untuk bernarsis ria di halaman Museum Angkut serta di Pasar Apung yang juga masih enggan didatangi pengunjung.



Pasar Apung Nusantara
Setelah pintu loket dibuka, masing-masing dari kami mengeluarkan selembar uang 50 ribu dan segera membeli lima lembar tiket masuk untuk lima kepala. Tiket-tiket itu kami bentuk sehingga menjadi gelang di tangan kami, dan resmilah kami menjadi pegunjung Museum Angkut yang siap menjelajahi di setiap sudutnya.

Gelang masuk Museum Angkut
Ketika masuk pintu, kami disambut oleh robot yang berukuran cukup besar. Ruangan pertama ini berisi berbagai kendaraan bersejarah, mulai dari sepeda, motor, dokar, dan mobil-mobil yang cukup unik.






Merasa puas dengan lantai pertama ini, kami pun memasuki lantai ke dua. Pada bagian ini yang tampak lebih dulu adalah suasana di Yogyakarta, beberapa becak dibuat menggantung.


Di bagian ini juga terdapat beberapa kapal laut yang disertai dengan deskripsinya yang dapat menambah wawasan bagi mereka yang membacanya, dalam artian mereka yang tidak haanya narsis seperti kami. Oh, iya! Untuk kendaraan di lantai pertama tadi juga dibubuhi deskripsi maupun sejarahnya lho. Jadi kalau teman-teman ingin mengetahui tentang sejarah berbagai kendaraan jangan sungkan-sungkan membacanya ya hehehe.

Keluar dari ruangan ini kami langsung memasuki area yang menurutku menggambarkan tentang profesi di desa atau di sekitar pantai. Di sini kami bisa bergaya bersama para nelayan yang semangat menangkap ikan serta bisa bergaya layaknya penjual, like this:

penjual labu
Jual Keranjang ikan
Te Sate :)
Setelah puas narsis di sini, kami pun berjalan mengikuti alur yang telah disediakan. Dan letak kesenangan kami sungguh tak karuan ketika melihat pemandangan bertemakan luar negeri. Ya. kami bagaikan berada di negara-negara tersebut. Amerika, Paris, London, dan lainnaya. Dan objek ini tidak boleh disia-siakan. Wajib hukumya bagi kami untuk mengambil gambar berlatar luar negeri itu. Karena dengan demikian, kami bagaikan telah mengelilinginya. Yah, walaupun KW seratus.


Nongkrong di Blue Bar
Menara Eiffel Paris
Patung Liberty Amerika Serikat
Hollywood

Taman Bunga di depan Buckingham Palace

Asyik bukan???

Nah setelah lelah dengan petualangan semu keliling dunia, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke tempat penginapan. Namun, ini tidaklah mudah, karena sore hari tidak ada angkutan untuk menuju angkutan. Akhirnya kami harus kuat berjalan beberapa kilometer untuk sampai di Alun-Alun Batu. dan inilah petualangan kami yang sesungguhnya.

Dengan kaki yang melangkah lebih dari biasanya, akhirnya kami tiba di Alun-Alun Batu dengan sangat lelah. 
Meski demikian, kami begitu riang dengan pembolangan kali ini. Kutunggu mbolang berikutnya ya teman-teman .

5 komentar:

  1. Udah nggak diragukan lagi ya. Museum Angkut bener-bener amazing.
    Suatu saat harus ke sana nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa segera rasakan sensasinya keliling dunia dalam satu waktu hehe

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Padahal jarak dari rumah cuman 1 1/2 jam. Tapi belum pernah kesana

    BalasHapus

Like Me :)

"Museum Angkut Batu" Serasa Keliling Dunia

28 Januari 2015, kurang lebih satu tahun yang lalu, aku bersama keempat temanku (Hima, Imro’, Hamida, dan Ina) telah berhasil menginjakkan kaki di Museum Angkut Batu setelah beberapa hari memikirkan dan sangat berharap bisa narsis di sini. Museum angkut adalah salah satu kunjungan wisata di kota Batu Malang tepatnya di Jl. Terusan Sultan Agung No. 2 Kota Wisata Batu – Jawa Timur. Jam buka tempat wisata ini di siang hari pukul 12.00 hingga 20.00 WIB.

Menginjakkan kaki di Museum Angkut

Kami berangkat dari Tulungagung pada Selasa, 27 Januari 2015 pukul 08.30 dan diantar oleh masinis. Stasiun demi stasiun telah mengizinkan kereta kami beristirahat sejenak, hingga akhirnya kami sampai di stasiun Malang pada pukul 12.30 WIB. Sebelum menuju rumah penginapan (yang akan aku tulis setelah post ini) dan sambil menunggu munculnya awak angkutan, kami bernarsis dulu di dekat Singo Edannya Arema.




Singo Edan Arema
Setelah menemukan angkutan yang bisa mengantakan kami ke rumah penginapan, kami pun segera memasukinya – setelah tawar menawar mengenai ongkos. Kurang lebih 2 jam kami pun bisa beristirahat di rumah Budhenya Hamida. Di sinilah kami mulai galau memikirkan bagaimana bisa menuju Museum Angkut, melihat jadwal angkutan dan jam buka Museum Angkut sepertinya tidak kompak. Dari pemikiran beberapa kepala, akhirnya kami sepakat untuk berangkat pada pagi hari pukul 09.00 tetap dengan jasa angkutan.
Dari rumah Budhe Mut, kami harus berganti satu kali angkutan untuk sampai ke tempat narsis paling asyik itu. Setelah naik dua angkutan, kamipun sampai di bumi Museum Angkut pukul 11.00 WIB, masih terlalu pagi bukan? Ini mungkin saking ke-semangaten. :D Menunggu terbukanya loket Museum Angkut, kami pun menghabiskan waktu untuk bernarsis ria di halaman Museum Angkut serta di Pasar Apung yang juga masih enggan didatangi pengunjung.



Pasar Apung Nusantara
Setelah pintu loket dibuka, masing-masing dari kami mengeluarkan selembar uang 50 ribu dan segera membeli lima lembar tiket masuk untuk lima kepala. Tiket-tiket itu kami bentuk sehingga menjadi gelang di tangan kami, dan resmilah kami menjadi pegunjung Museum Angkut yang siap menjelajahi di setiap sudutnya.

Gelang masuk Museum Angkut
Ketika masuk pintu, kami disambut oleh robot yang berukuran cukup besar. Ruangan pertama ini berisi berbagai kendaraan bersejarah, mulai dari sepeda, motor, dokar, dan mobil-mobil yang cukup unik.






Merasa puas dengan lantai pertama ini, kami pun memasuki lantai ke dua. Pada bagian ini yang tampak lebih dulu adalah suasana di Yogyakarta, beberapa becak dibuat menggantung.


Di bagian ini juga terdapat beberapa kapal laut yang disertai dengan deskripsinya yang dapat menambah wawasan bagi mereka yang membacanya, dalam artian mereka yang tidak haanya narsis seperti kami. Oh, iya! Untuk kendaraan di lantai pertama tadi juga dibubuhi deskripsi maupun sejarahnya lho. Jadi kalau teman-teman ingin mengetahui tentang sejarah berbagai kendaraan jangan sungkan-sungkan membacanya ya hehehe.

Keluar dari ruangan ini kami langsung memasuki area yang menurutku menggambarkan tentang profesi di desa atau di sekitar pantai. Di sini kami bisa bergaya bersama para nelayan yang semangat menangkap ikan serta bisa bergaya layaknya penjual, like this:

penjual labu
Jual Keranjang ikan
Te Sate :)
Setelah puas narsis di sini, kami pun berjalan mengikuti alur yang telah disediakan. Dan letak kesenangan kami sungguh tak karuan ketika melihat pemandangan bertemakan luar negeri. Ya. kami bagaikan berada di negara-negara tersebut. Amerika, Paris, London, dan lainnaya. Dan objek ini tidak boleh disia-siakan. Wajib hukumya bagi kami untuk mengambil gambar berlatar luar negeri itu. Karena dengan demikian, kami bagaikan telah mengelilinginya. Yah, walaupun KW seratus.


Nongkrong di Blue Bar
Menara Eiffel Paris
Patung Liberty Amerika Serikat
Hollywood

Taman Bunga di depan Buckingham Palace

Asyik bukan???

Nah setelah lelah dengan petualangan semu keliling dunia, kami pun memutuskan untuk segera kembali ke tempat penginapan. Namun, ini tidaklah mudah, karena sore hari tidak ada angkutan untuk menuju angkutan. Akhirnya kami harus kuat berjalan beberapa kilometer untuk sampai di Alun-Alun Batu. dan inilah petualangan kami yang sesungguhnya.

Dengan kaki yang melangkah lebih dari biasanya, akhirnya kami tiba di Alun-Alun Batu dengan sangat lelah. 
Meski demikian, kami begitu riang dengan pembolangan kali ini. Kutunggu mbolang berikutnya ya teman-teman .

5 komentar:

  1. Udah nggak diragukan lagi ya. Museum Angkut bener-bener amazing.
    Suatu saat harus ke sana nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa segera rasakan sensasinya keliling dunia dalam satu waktu hehe

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Padahal jarak dari rumah cuman 1 1/2 jam. Tapi belum pernah kesana

    BalasHapus

Blog Design by W-Blog