Senin, 09 Januari 2017

Fahri Sang Inspirator

Novel Ayat-Ayat Cinta 2

Judul: Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Editor: Syahruddin El-Fikri
Penerbit: Republika (PT Pustaka Abdi Bangsa)
Jakarta, cetakan VII 2016
tebal vi + 698 hal 13,5 x 20,5



“Menghadaplah kepada Allah dengan hati luluh. Hindarkan dirimu dari sikap ujub dan angkuh. Pergaulilah manusia yang jahat dengan baik, karena pada hakikatnya kamu sedang bermuamalah dengan Allah Yang Maha Besar. Ulurkan tanganmu kepada orang-orang fakir dengan sesuatu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Lalu bayangkanlah, bahwa Allahlah yang pertama kali menerima pemberian itu sebagaimana dituturkan dalam berbagai ayat Al-Quran dan hadits Nabi. Kelak hatimu akan merasa sangat senang dan bahagia dengan Allah” (Wasiat Habib Hasan Al Bahr yang ditahqiq oleh Fahri).

Ayat-Ayat Cinta yang sukses dengan novel dan filmnya kini berlanjut pada novel Ayat-Ayat Cinta 2, sebuah novel yang dapat menyihir dan menggetarkan jiwa dari awal sampai akhir membaca. Penulis mendakwahkan kebajikan dalam Islam dengan tulisannya melalui seorang tokoh yang bernama Fahri, orang yang senantiasa berusaha mengimplementasikan wasiat Habib Hasan tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Fahri adalah seorang dosen The University of Edinburg yang tinggal di Kompleks Stoneyhill Grove, sebuah kompleks kecil berisi hanya sebelas rumah di kawasan Stoneyhill. Dia hanya tinggal berdua dengan Paman Hulusi, seorang teman yang selalu siap menemani Fahri dan menyiapkan kebutuhan Fahri. Lantas ke mana Aisyah, sang kekasih hatinya? 

Hidup di negara di mana Muslim menjadi minoritas tidaklah mudah. Hal ini juga dirasakan oleh Fahri. Orang-orang sekitarnya, baik mahasiswa dan tetangganya selalu berpikiran negatif kepadanya hanya karena statusnya sebagai Muslim. Pasalnya adalah anggapan mereka bahwa Islam atau Muslim identik dengan teroris. Di sinilah Fahri harus menjalankan tuganya, memenuhi panggilan dakwah untuk menyatakan bahwa Islam tidaklah seburuk yang dipikirkan mereka, Islam lah agama rahmatanlil’alamin.

Keira dan Jason (tetangga Fahri) membenci Fahri karena ayah mereka meninggal gara-gara teroris yang mereka anggap orang Islam. Begitu juga dengan nenek Catarina (tetangga Fahri) juga membenci Fahri karena menurut Yahudi, Muslim adalah amalek, orang yang harus dimusuhi. Menghadapi orang-orang tersebut tidak mungkin hanya dengan ceramah menyampaikan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, karena yang pasti mereka tidak akan mau memahami apalagi mempercayainya. Maka berdakwah dengan menunjukkan akhlak dan perilaku yang baik (uswatun hasanah) adalah solusinya. Dan hal tersebut lah yang dilakukan Fahri kepada mereka yang membencinya. Fahri menunjukkan ajaran Islam sebenarnya melalui perilakunya, ia membalas kebencian mereka dengan berbuat baik kepada mereka, berusaha yang terbaik untuk tetangganya, tanpa melihat agama mereka. Bahkan Fahri ikhlas mengeluarkan banyak uang untuk tercapainya cita-cita Keira dan Jason, orang yang sangat membencinya.

Tidak hanya Fahri, ada tokoh lain yang mana dengan sikap dan perilakunya mampu menunjukkan bahwa Islam itu bukanlah pedang, melainkan Islam adalah kedamaian.
Mengenal dan menelusuri keseharian Fahri dalam novel ini bisa memotivasi diri untuk selalu berbuat kebajikan sesuai yang Islam perintahkan. Tidak hanya masalah dengan orang-orang non muslim yang membencinya, dalam masalah apapun dia selalu merujuk Al-Quran dan hadits dalam penyelesainnya. Fahri, seseorang yang sangat mafhum tentang Islam, tokoh yang memiliki jiwa qurani, disiplin dalam segala hal, berusaha sholat di awal waktu, berusaha untuk tidak meninggalkan qiyamul lail, serta sikap santun kepada semua orang sangat pantas dijadikan inspirator.

Novel inspiratif kaya akan nasihat yang dibalut dengan kisah cinta Fahri ini sangat baik untuk dipahami dan baik untuk selalu direnungkan oleh orang-orang yang menginginkan peradaban dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like Me :)

Fahri Sang Inspirator

Novel Ayat-Ayat Cinta 2

Judul: Ayat-Ayat Cinta 2
Penulis: Habiburrahman El-Shirazy
Editor: Syahruddin El-Fikri
Penerbit: Republika (PT Pustaka Abdi Bangsa)
Jakarta, cetakan VII 2016
tebal vi + 698 hal 13,5 x 20,5



“Menghadaplah kepada Allah dengan hati luluh. Hindarkan dirimu dari sikap ujub dan angkuh. Pergaulilah manusia yang jahat dengan baik, karena pada hakikatnya kamu sedang bermuamalah dengan Allah Yang Maha Besar. Ulurkan tanganmu kepada orang-orang fakir dengan sesuatu yang dikaruniakan Allah kepadamu. Lalu bayangkanlah, bahwa Allahlah yang pertama kali menerima pemberian itu sebagaimana dituturkan dalam berbagai ayat Al-Quran dan hadits Nabi. Kelak hatimu akan merasa sangat senang dan bahagia dengan Allah” (Wasiat Habib Hasan Al Bahr yang ditahqiq oleh Fahri).

Ayat-Ayat Cinta yang sukses dengan novel dan filmnya kini berlanjut pada novel Ayat-Ayat Cinta 2, sebuah novel yang dapat menyihir dan menggetarkan jiwa dari awal sampai akhir membaca. Penulis mendakwahkan kebajikan dalam Islam dengan tulisannya melalui seorang tokoh yang bernama Fahri, orang yang senantiasa berusaha mengimplementasikan wasiat Habib Hasan tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Fahri adalah seorang dosen The University of Edinburg yang tinggal di Kompleks Stoneyhill Grove, sebuah kompleks kecil berisi hanya sebelas rumah di kawasan Stoneyhill. Dia hanya tinggal berdua dengan Paman Hulusi, seorang teman yang selalu siap menemani Fahri dan menyiapkan kebutuhan Fahri. Lantas ke mana Aisyah, sang kekasih hatinya? 

Hidup di negara di mana Muslim menjadi minoritas tidaklah mudah. Hal ini juga dirasakan oleh Fahri. Orang-orang sekitarnya, baik mahasiswa dan tetangganya selalu berpikiran negatif kepadanya hanya karena statusnya sebagai Muslim. Pasalnya adalah anggapan mereka bahwa Islam atau Muslim identik dengan teroris. Di sinilah Fahri harus menjalankan tuganya, memenuhi panggilan dakwah untuk menyatakan bahwa Islam tidaklah seburuk yang dipikirkan mereka, Islam lah agama rahmatanlil’alamin.

Keira dan Jason (tetangga Fahri) membenci Fahri karena ayah mereka meninggal gara-gara teroris yang mereka anggap orang Islam. Begitu juga dengan nenek Catarina (tetangga Fahri) juga membenci Fahri karena menurut Yahudi, Muslim adalah amalek, orang yang harus dimusuhi. Menghadapi orang-orang tersebut tidak mungkin hanya dengan ceramah menyampaikan dalil-dalil dari Al-Quran dan Hadits, karena yang pasti mereka tidak akan mau memahami apalagi mempercayainya. Maka berdakwah dengan menunjukkan akhlak dan perilaku yang baik (uswatun hasanah) adalah solusinya. Dan hal tersebut lah yang dilakukan Fahri kepada mereka yang membencinya. Fahri menunjukkan ajaran Islam sebenarnya melalui perilakunya, ia membalas kebencian mereka dengan berbuat baik kepada mereka, berusaha yang terbaik untuk tetangganya, tanpa melihat agama mereka. Bahkan Fahri ikhlas mengeluarkan banyak uang untuk tercapainya cita-cita Keira dan Jason, orang yang sangat membencinya.

Tidak hanya Fahri, ada tokoh lain yang mana dengan sikap dan perilakunya mampu menunjukkan bahwa Islam itu bukanlah pedang, melainkan Islam adalah kedamaian.
Mengenal dan menelusuri keseharian Fahri dalam novel ini bisa memotivasi diri untuk selalu berbuat kebajikan sesuai yang Islam perintahkan. Tidak hanya masalah dengan orang-orang non muslim yang membencinya, dalam masalah apapun dia selalu merujuk Al-Quran dan hadits dalam penyelesainnya. Fahri, seseorang yang sangat mafhum tentang Islam, tokoh yang memiliki jiwa qurani, disiplin dalam segala hal, berusaha sholat di awal waktu, berusaha untuk tidak meninggalkan qiyamul lail, serta sikap santun kepada semua orang sangat pantas dijadikan inspirator.

Novel inspiratif kaya akan nasihat yang dibalut dengan kisah cinta Fahri ini sangat baik untuk dipahami dan baik untuk selalu direnungkan oleh orang-orang yang menginginkan peradaban dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Design by W-Blog