Rabu, 16 Agustus 2017

Review Novel Tentang Kamu - Tere Liye

Novel Tentang Kamu
Judul : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun Terbit :Oktober 2016 cetakan ke 2
Tebal : 524

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang dikatakan profesional dalam pekerjaannya adalah tanggung jawab, tanggung jawab kepada dirinya sendiri ataupun kepada orang lain. Hal ini berlaku untuk semua pekerjaan. Guru dikatakan profesional jika benar-benar mengajar dan mendidik peserta didiknya. Dokter pun demikian. Pedagang, petani, nelayan dan sebagainya juga seperti itu, bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Mereka bekerja tidak dipengaruhi oleh materi, besar kecil, banyak sedikit penghasilan yang diperoleh tidak akan membuat mereka  semangat atau malas mengerjakannya. Mereka yang profesional adalah mereka yang komitmen dengan pekerjaannya. 

Kabar baik dari prolog mini di atas adalah tentang tulisan Tere Liye. Baik tulisan berupa status atau novel, beliau selalu menampilkan tokoh yang selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Mereka tidak akan goyah walaupun diiming-imingi dengan banyak uang. Jangankan uang, dirinya sendiri akan dia korbankan demi rasa tanggung jawab itu. 

Baca Juga : Review Novel Hujan
"Hei, pengacara! Kamu bersedia mati membela kebenaran, hah?"
Zaman menatap wajah Lastri lamat-lamat, lantas mengangguk mantap, "Dua tahun lalu, ada seseorang yang bertanya padaku tentang, jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan anda ambil?  Kamu tahu apa jawabku, Lastri? Jawabku adalah: aku bahkan bersedia memilih mati bersama dengan empat orang jahat itu demi menegakkan kebenaran". (Hlm 512)

Itulah Zaman Zulkarnaen yang selalu berusaha untuk profesional dan amanah dalam pekerjaannya. Pengacara di Belgrave Square London itu ditugasi menyelesaikan masalah warisan (yang nominalnya sangat banyak) dari seorang Indonesia bernama Sri Ningsih yang menghembuskan nafas terakhirnya di panti jompo Paris. Jika beliau tinggal di panti Jompo, siapa keluarganya? Dan siapa ahli warisnya? Teka-teki inilah yang harus segera dipecahkan oleh Zaman. 

Dengan hanya berbekal buku diary, dia pun siap menelusuri kehidupan Sri Ningsih. Pertama kali yang dituju adalah pulau terpadat di dunia, pulau Bungin Sumbawa di mana di pulau itulah seorang Sri dilahirkan dalam keadaan piatu karena ibunya meninggal ketika melahirkan dia. Di pulau inilah dia ditempa hingga beliau mengerti apa itu hakikat sabar.

Selesai di pulau Bungin, Zaman langsung pergi ke pondok pesantren tempat Sri nyantri, di sini dia mendapatkan surat-surat Sri yang diberikan kepada teman terdekat semasa di pondok. Surat ini juga akan berjasa untuk menemukan siapa ahli waris tersebut. Dari pondok, Zaman pergi ke wilayah Jakarta untuk kemudian kembali ke benua Eropa. 

Novel ini berkisah tentang penyelidikan Zaman dan tentang kehidupan Sri Ningsih. Dari penyelidikan yang dilakukan oleh Zaman, kita akan mengetahui bagaimana kehidupan Sri Ningsih dari seorang yatim piatu menjadi orang yang meninggalkan warisan yang tidak sedikit itu. Dengan membacanya, kita akan tahu bahwa kehidupan Sri memberikan banyak pelajaran kepada kita. Pelajaran tentang sabar, ikhlas, ulet, pemaaf, semangat bangkit dan tidak mudah putus asa, serta pelajaran Cinta. 

"Sri Ningsih, aku ingin sekali punya hati seperti miliknya. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes" (Hlm. 206).


Dengan perjalanan Zaman antar benua itu, akankah dia berhasil menemukan ahli warisnya?? Temukan jwabannya pada novel Tentang Kamu. Hehe. 
Selamat membaca 

1 komentar:

  1. Tere Liye memang selalu menjadi penulis favorit saya. Lewat novel yang berjudul tentang kamu ini, kita disuguhkan oleh kisah hidup ningsih yang menurut saya penuh perjuangan, kisah tragis dan sedih, yang mana sangat layak untuk dijadikan sebagai tauladan. Aku suka banget sama novel ini, huhuhuh

    BalasHapus

Like Me :)

Review Novel Tentang Kamu - Tere Liye

Novel Tentang Kamu
Judul : Tentang Kamu
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun Terbit :Oktober 2016 cetakan ke 2
Tebal : 524

Salah satu hal yang bisa membuat seseorang dikatakan profesional dalam pekerjaannya adalah tanggung jawab, tanggung jawab kepada dirinya sendiri ataupun kepada orang lain. Hal ini berlaku untuk semua pekerjaan. Guru dikatakan profesional jika benar-benar mengajar dan mendidik peserta didiknya. Dokter pun demikian. Pedagang, petani, nelayan dan sebagainya juga seperti itu, bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Mereka bekerja tidak dipengaruhi oleh materi, besar kecil, banyak sedikit penghasilan yang diperoleh tidak akan membuat mereka  semangat atau malas mengerjakannya. Mereka yang profesional adalah mereka yang komitmen dengan pekerjaannya. 

Kabar baik dari prolog mini di atas adalah tentang tulisan Tere Liye. Baik tulisan berupa status atau novel, beliau selalu menampilkan tokoh yang selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Mereka tidak akan goyah walaupun diiming-imingi dengan banyak uang. Jangankan uang, dirinya sendiri akan dia korbankan demi rasa tanggung jawab itu. 

Baca Juga : Review Novel Hujan
"Hei, pengacara! Kamu bersedia mati membela kebenaran, hah?"
Zaman menatap wajah Lastri lamat-lamat, lantas mengangguk mantap, "Dua tahun lalu, ada seseorang yang bertanya padaku tentang, jika berkata jujur akan membuat empat orang jahat terbunuh mengenaskan, sedangkan berbohong akan membuatnya selamat, maka pilihan apa yang akan anda ambil?  Kamu tahu apa jawabku, Lastri? Jawabku adalah: aku bahkan bersedia memilih mati bersama dengan empat orang jahat itu demi menegakkan kebenaran". (Hlm 512)

Itulah Zaman Zulkarnaen yang selalu berusaha untuk profesional dan amanah dalam pekerjaannya. Pengacara di Belgrave Square London itu ditugasi menyelesaikan masalah warisan (yang nominalnya sangat banyak) dari seorang Indonesia bernama Sri Ningsih yang menghembuskan nafas terakhirnya di panti jompo Paris. Jika beliau tinggal di panti Jompo, siapa keluarganya? Dan siapa ahli warisnya? Teka-teki inilah yang harus segera dipecahkan oleh Zaman. 

Dengan hanya berbekal buku diary, dia pun siap menelusuri kehidupan Sri Ningsih. Pertama kali yang dituju adalah pulau terpadat di dunia, pulau Bungin Sumbawa di mana di pulau itulah seorang Sri dilahirkan dalam keadaan piatu karena ibunya meninggal ketika melahirkan dia. Di pulau inilah dia ditempa hingga beliau mengerti apa itu hakikat sabar.

Selesai di pulau Bungin, Zaman langsung pergi ke pondok pesantren tempat Sri nyantri, di sini dia mendapatkan surat-surat Sri yang diberikan kepada teman terdekat semasa di pondok. Surat ini juga akan berjasa untuk menemukan siapa ahli waris tersebut. Dari pondok, Zaman pergi ke wilayah Jakarta untuk kemudian kembali ke benua Eropa. 

Novel ini berkisah tentang penyelidikan Zaman dan tentang kehidupan Sri Ningsih. Dari penyelidikan yang dilakukan oleh Zaman, kita akan mengetahui bagaimana kehidupan Sri Ningsih dari seorang yatim piatu menjadi orang yang meninggalkan warisan yang tidak sedikit itu. Dengan membacanya, kita akan tahu bahwa kehidupan Sri memberikan banyak pelajaran kepada kita. Pelajaran tentang sabar, ikhlas, ulet, pemaaf, semangat bangkit dan tidak mudah putus asa, serta pelajaran Cinta. 

"Sri Ningsih, aku ingin sekali punya hati seperti miliknya. Tidak pernah membenci walau sedebu. Tidak pernah berprasangka buruk walau setetes" (Hlm. 206).


Dengan perjalanan Zaman antar benua itu, akankah dia berhasil menemukan ahli warisnya?? Temukan jwabannya pada novel Tentang Kamu. Hehe. 
Selamat membaca 

1 komentar:

  1. Tere Liye memang selalu menjadi penulis favorit saya. Lewat novel yang berjudul tentang kamu ini, kita disuguhkan oleh kisah hidup ningsih yang menurut saya penuh perjuangan, kisah tragis dan sedih, yang mana sangat layak untuk dijadikan sebagai tauladan. Aku suka banget sama novel ini, huhuhuh

    BalasHapus

Blog Design by W-Blog