Kamis, 15 Januari 2015

Candi Penataran

Sudah seminggu gue n teman-teman merencanakan berlibur ke museum angkut. Itu tuh yang ada di Batu, Malang dan rencananya mampir langsung ke Masjid Turen. Namun ketika mau meluncur membeli tiket, salah satu temen gue mengundurkan diri. Jadinya acara ke sana gatot alias gagal total. Padahal pengen banget ziaroh ke sana. :(

Kalo dibilang kecewa pastinya kecewa banget. Tapi untungnya temenku punya obat buat ngatasi kekecewaan itu. Sebagai penggantinya kita akan jalan-jalan ke kota Blitar untuk mengunjungi candi penataran sekaligus kampung coklat. Horeeee
akhirnya bisa berlibur ke kota Patria. Tidak jadi ke Batu, Blitar pun jadi.


Candi Penataran, adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit.
Komplek candi Penataran ini merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur dan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud. Terletak pada ketinggian 450 M dari permukaan laut, komplek candi Penataran ini terletak di desa Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar.
Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, dan belum banyak dikenal sampai tahun 1850. Komplek candi ini ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang merupakan Letnan Gubernur Jendral pada masa kolonial Inggris di Indonesia pada waktu itu.
Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul "History of Java" yang terbit dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek candi Panataran.
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dan dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja Çrnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 - 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus. (http://www.eastjava.com/tourism/blitar/ina/penataran.html).

Gue dan teman-teman, ada Hima, Luluk, dan Mbak Lala berlibur ke sana pada hari Jumat, 9 Januari 2015. Pagi sekitar pukul 9 kami berangkat dari rumah Hima yang ketepatan di Blitar, jadi kami ke sana hanya memakan waktu gak nyampek setengah jam.


Untuk bisa masuk ke sana, ternyata tanpa merogoh kantong alias gratis. Gue kira memang tidak gratis, eh ternyata cuma bayar buat jasa pak tukang parkir yang telah bersedia menjaga motor-motor kami.

Masuk pintu area candi penataran kami disambut oleh ruangan kecil yang di dalamnya ada bapak penerima tamu yang setia menunggu para pengunjungnya. Lalu kami pun menuliskan nama kami di buku yang telah disediakan oleh beliau.

Foto dengan rumput berbintang

Di bagian depan gue langsung terpana melihat rumput yang ditata dengan rapi dan begitu indah. Apalagi rumput yan berada di tengah-tengah berbentuk bintang itu. Ingin sekali mendekatinya dan foto bersamanya. Namun, gue harus mengabaikan keinginanku karena kelihatannya area rumput itu tidak boleh diinjak. Kami bisa menyimpulkan demikian, karena memang tidak ada seorangpun yang menginjakkan kakinya ke sana. Walau demikian, gue masih bisa foto bersama rumput bintang itu meski dari kejauhan, tapi sudah membuat hatiku senang.

Berjalan menuju candi penataran

Sampai di candi penataran, seperti biasa kami pun tak lupa mengabadikan kegiatan kami singgah di sana. Di sana, yang ada hanya narsis-narsis melulu.




Setelah puas foto foto dengan candi nya, kami pun berjalan ke belakang menuju bangunan di belakang candi. Di bangunan inilah kami naik ke atas untuk melihat keindahan candi penataran dari atas. 








Puas di atas, lalu kami turun dan melanjutkan ke kampung coklat. Sebelum keluar, kami pun berfoto dulu bersama patungnya.



2 komentar:

  1. was, saya pernah tuh kesitu waktu study tour dulu.
    atmosfer nya kerasa, meskipun waktu itu mendung-mendungan :")

    BalasHapus

Like Me :)

Candi Penataran

Sudah seminggu gue n teman-teman merencanakan berlibur ke museum angkut. Itu tuh yang ada di Batu, Malang dan rencananya mampir langsung ke Masjid Turen. Namun ketika mau meluncur membeli tiket, salah satu temen gue mengundurkan diri. Jadinya acara ke sana gatot alias gagal total. Padahal pengen banget ziaroh ke sana. :(

Kalo dibilang kecewa pastinya kecewa banget. Tapi untungnya temenku punya obat buat ngatasi kekecewaan itu. Sebagai penggantinya kita akan jalan-jalan ke kota Blitar untuk mengunjungi candi penataran sekaligus kampung coklat. Horeeee
akhirnya bisa berlibur ke kota Patria. Tidak jadi ke Batu, Blitar pun jadi.


Candi Penataran, adalah sebuah candi berlatar belakang Hindu yang telah ada sejak kerajaan Kediri dan digunakan sampai era kerajaan Majapahit.
Komplek candi Penataran ini merupakan komplek candi terbesar di Jawa Timur dan terletak di lereng barat daya Gunung Kelud. Terletak pada ketinggian 450 M dari permukaan laut, komplek candi Penataran ini terletak di desa Panataran, kecamatan Nglegok, Blitar.
Candi Penataran ditemukan pada tahun 1815, dan belum banyak dikenal sampai tahun 1850. Komplek candi ini ditemukan oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang merupakan Letnan Gubernur Jendral pada masa kolonial Inggris di Indonesia pada waktu itu.
Raffles bersama-sama dengan Dr.Horsfield seorang ahli Ilmu Alam mengadakan kunjungan ke Candi Panataran, dan hasil kunjunganya dibukukan dalam buku yang berjudul "History of Java" yang terbit dalam dua jilid. Jejak Raffles ini di kemudian hari diikuti oleh para peneliti lain yaitu : J.Crawfurd seorang asisten residen di Yogyakarta, selanjutnya Van Meeteren Brouwer (1828), Junghun (1884), Jonathan Rigg (1848) dan N.W.Hoepermans yang pada tahun 1886 mengadakan inventarisasi di komplek candi Panataran.
Nama asli candi Penataran dipercaya adalah Candi Palah yang disebut dalam prasasti Palah, dan dibangun pada tahun 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa. Raja Çrnga memerintah kerajaan Kediri antara tahun 1190 - 1200, sebagai candi gunung untuk tempat upacara pemujaan agar dapat menetralisasi atau menghindari mara bahaya yang disebabkan oleh gunung Kelud yang sering meletus. (http://www.eastjava.com/tourism/blitar/ina/penataran.html).

Gue dan teman-teman, ada Hima, Luluk, dan Mbak Lala berlibur ke sana pada hari Jumat, 9 Januari 2015. Pagi sekitar pukul 9 kami berangkat dari rumah Hima yang ketepatan di Blitar, jadi kami ke sana hanya memakan waktu gak nyampek setengah jam.


Untuk bisa masuk ke sana, ternyata tanpa merogoh kantong alias gratis. Gue kira memang tidak gratis, eh ternyata cuma bayar buat jasa pak tukang parkir yang telah bersedia menjaga motor-motor kami.

Masuk pintu area candi penataran kami disambut oleh ruangan kecil yang di dalamnya ada bapak penerima tamu yang setia menunggu para pengunjungnya. Lalu kami pun menuliskan nama kami di buku yang telah disediakan oleh beliau.

Foto dengan rumput berbintang

Di bagian depan gue langsung terpana melihat rumput yang ditata dengan rapi dan begitu indah. Apalagi rumput yan berada di tengah-tengah berbentuk bintang itu. Ingin sekali mendekatinya dan foto bersamanya. Namun, gue harus mengabaikan keinginanku karena kelihatannya area rumput itu tidak boleh diinjak. Kami bisa menyimpulkan demikian, karena memang tidak ada seorangpun yang menginjakkan kakinya ke sana. Walau demikian, gue masih bisa foto bersama rumput bintang itu meski dari kejauhan, tapi sudah membuat hatiku senang.

Berjalan menuju candi penataran

Sampai di candi penataran, seperti biasa kami pun tak lupa mengabadikan kegiatan kami singgah di sana. Di sana, yang ada hanya narsis-narsis melulu.




Setelah puas foto foto dengan candi nya, kami pun berjalan ke belakang menuju bangunan di belakang candi. Di bangunan inilah kami naik ke atas untuk melihat keindahan candi penataran dari atas. 








Puas di atas, lalu kami turun dan melanjutkan ke kampung coklat. Sebelum keluar, kami pun berfoto dulu bersama patungnya.



2 komentar:

  1. was, saya pernah tuh kesitu waktu study tour dulu.
    atmosfer nya kerasa, meskipun waktu itu mendung-mendungan :")

    BalasHapus

Blog Design by W-Blog